Jakarta, 20 Agustus 2024 – Arsjad Rasjid, Ketua Umum Kadin Indonesia dan Ketua ASEAN-BAC Indonesia, menekankan bahwa komitmen untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) tidak boleh menghambat pertumbuhan pesat di kawasan Asia. “Harus dijaga keseimbangan antara penerapan prinsip keberlanjutan dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi,” ujarnya.
Pernyataan tersebut disampaikan pada pertemuan “Asia Zero Emissions Community (AZEC) Advocacy Group Roundtable” yang digelar hari ini, Selasa (20/8/2024). Pertemuan ini didukung oleh Kadin Indonesia melalui ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) Indonesia, serta berkolaborasi dengan Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) dan Japan Business Federation (Keidanren).
Pada KTT Peringatan 50 Tahun Persahabatan dan Kerjasama ASEAN-Jepang yang berlangsung pada 18 Desember 2023 di Tokyo, AZEC Advocacy Group Roundtable ini pertama kali diselenggarakan. Hal ini sebagai upaya lanjutan dari penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) pembentukan AZEC Advocacy Group oleh Keidanren, ASEAN Business Advisory Council, dan ERIA.
Dalam kesempatan AZEC Advocacy Group Roundtable, Arsjad menekankan bahwa pencapaian nihil emisi harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing negara, sambil tetap menjaga potensi pertumbuhan ekonomi Asia yang terus berkembang pesat. Ia menyebutkan bahwa Indonesia telah menunjukkan komitmen yang kuat untuk mencapai ekonomi net-zero pada tahun 2060 atau bahkan lebih cepat.
Inisiatif internasional seperti AZEC sangat krusial dalam menjaga keseimbangan antara komitmen untuk mencapai nihil emisi dan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, AZEC Advocacy Group memiliki tujuan untuk menjadi platform bagi sektor swasta dalam mewujudkan solusi dan menyuarakan aspirasi terkait transisi energi.
“Kita tidak boleh juga kehilangan peluang (pertumbuhan ekonomi yang pesat), mengingat saat ini sedang ada pergeseran pertumbuhan global ke kawasan Asia. Kuncinya adalah menemukan keseimbangan,” tegas Arsjad Rasjid.
Dalam pendekatan global terhadap transisi energi, Arsjad juga menekankan pentingnya memperhatikan kompleksitas kebutuhan energi dan lanskap ekonomi yang berbeda di negara-negara Asia. Untuk itu, pendekatan ketahanan dan transisi energi perlu didorong sebagai metode yang berjalan bersamaan dan saling terkait di negara-negara Asia.
Dengan komitmen pemerintahan Indonesia dalam mengembangkan kerangka ekonomi yang “Pro-Growth, Pro-Welfare, dan Pro-Green”, Arsjad Rasjid berharap forum seperti AZEC akan mengundang kerja sama internasional lainnya yang lebih luas, sehingga dapat menjadi wadah penting untuk kolaborasi lintas negara dan sektor. Ia menekankan pentingnya menyelaraskan visi ini dengan kontribusi sektor swasta di Asia untuk memastikan transisi energi yang inklusif.
“Kami berbagi semangat yang sama dengan AZEC: ‘Asia’s Transition, Asia’s Solution, Asia’s Transition, Asia’s Pathway’. Narasi ini berpotensi menjadi narasi bersama dalam forum yang lebih besar nanti, misalnya di COP-29 di Azerbaijan. Namun, ini harus selaras secara inklusif dengan kontribusi sektor swasta di kawasan ini,” papar Arsjad.
Menurut Arsjad, AZEC Advocacy Group ini tidak hanya mendorong kepentingan nasional, tetapi juga untuk mendukung pembangunan ekonomi regional yang lebih inklusif. “Kami ingin memastikan bahwa kontribusi sektor swasta diakui dan diintegrasikan dalam upaya transisi energi yang berkelanjutan di Asia,” katanya.
Di sisi lain, Managing Director Keidanren, Arihiro Iwamura, menambahkan bahwa AZEC berperan sebagai platform untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi dan netralitas karbon dapat dicapai secara bersamaan oleh industri di seluruh Asia. “AZEC dibentuk untuk mencapai dua target utama, yakni pertumbuhan ekonomi dan netralitas karbon, yang harus diwujudkan secara simultan oleh para pelaku industri di setiap negara di Asia,” ungkapnya.
Sementara itu, President ERIA, Prof. Tatsuya Watanabe, menekankan bahwa keberhasilan transisi ekonomi berkelanjutan di Asia sangat bergantung pada kemampuan setiap negara untuk mengintegrasikan teknologi yang tepat, sambil tetap menghormati kebutuhan dan tantangan spesifik mereka masing-masing. “Negara-negara di Asia memiliki tujuan bersama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi optimal dengan tetap memperhatikan kebutuhan spesifik setiap negara. Salah satu fokus utama kami adalah bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan untuk mendukung transisi menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan,” ujarnya.
Ketua ASEAN-BAC Laos 2024, Oudet Souvannavong menyatakan bahwa diskusi pada pertemuan ini tidak hanya berfokus pada teknologi, tetapi juga pada pentingnya kolaborasi antar negara Asia. “Kolaborasi ini membutuhkan dukungan teknologi dan pendanaan yang memadai agar dapat diwujudkan secara efektif,” ujarnya. AZEC Advocacy Group Roundtable mempertemukan para pemimpin bisnis, pemerintah, dan pakar energi untuk bertukar pengetahuan dan solusi terkait transisi energi. Agenda utama meliputi diskusi mengenai lanskap dan tantangan transisi energi di Asia, kerangka kerja nasional dan regional yang efektif, serta skema pembiayaan terbaik. Inisiatif ini juga menjadi bukti komitmen Kadin Indonesia dalam mendukung target emisi nol tahun 2060 atau lebih cepat sesuai dengan komitmen nasional Indonesia di bawah UNFCCC.
Image : Antara