Kemeja putih identik dengan kepemimpinan, baik secara profesional maupun di kalangan politik. Hal ini karena pilihan fesyen tersebut menjadi simbol keberhasilan dan profesionalisme.
Untuk bisa mencuri hati simpatisan atau membaur dalam situasi yang bergengsi, pakaian berkerah warna putih memberikan kesan yang bersih, rapi, dan tegas. Tak heran, banyak orang yang mengenakan pakaian warna putih ketika menghadiri pertemuan bisnis, acara formal, atau situasi yang membutuhkan kesan serius dan profesional.
Bukan cuma pakaian, tetapi gaya ini memang ada sejarahnya. Dahulu pakaian kemeja seperti ini punya sejarah sebagai pakaian orang ningrat. Itu sebabnya kalau seseorang menggunakan pakaian putih, ada kesan ‘kelas’ yang melekat padanya.
Suka pakai pakaian seperti ini? Mari kita mengulik efek psikologis di balik kemeja putih dan siapa saja tokoh atau figur publik yang identik dengan outfit tersebut.
Sejarah kemeja putih sebagai pakaian bangsawan
Kemeja putih di abad ke-16 identik sebagai outfit bangsawan. Pada masa itu juga pakaian ini tergolong sebagai mode yang mahal, penggunanya adalah kalangan tertentu dan sebagian besar ningrat. Ciri yang khas biasanya adalah hiasan bordir atau renda untuk menunjukkan status sosial yang tinggi.
Bergulir ke abad 18, kemeja ini semakin populer sebagai pakaian resmi di kalangan bangsawan Eropa. Umumnya pada saat itu memiliki model kerah yang tinggi dan manset yang kencang, sehingga memberikan kesan yang lebih formal dan konservatif. Selain itu, orang akan mengkombinasikan dengan dasi leher atau pita sebagai aksesoris tambahan.
Outfit yang memberikan kesan mewah ini terus menjadi pakaian resmi para bangsawan dan aristokrat di seluruh dunia hingga akhir abad ke-19. Pada masa itu, kemeja putih menjadi pakaian resmi yang wajib untuk acara-acara formal seperti pesta dansa, pesta pernikahan, dan acara kenegaraan.
Menjadi fesyen yang lebih ‘merakyat’
Setelah Perang Dunia I, kemeja putih mulai menjadi pakaian resmi yang lebih sering dipakai oleh kalangan bisnis dan profesional. Pemakaiannya berpadu dengan dasi leher atau dasi kupu-kupu, menjadi simbol keberhasilan dan profesionalisme. Selain itu, penggunanya pun mulai merambah hingga ke kalangan biasa.
Siapapun bisa membeli dan menggunakan pakaian tersebut. Hingga saat ini, outfit kemeja warna putih masih menjadi pakaian basic andalan banyak orang. Jenis pakaian ini juga menjadi bagian dari busana tradisional dalam beberapa budaya, seperti pakaian resmi tradisional Jepang yang dikenal sebagai “jubah putih” atau “hakama”.
Kesan psikologis di balik pakaian warna putih
Kemeja warna putih memiliki kesan psikologis yang berbeda-beda tergantung pada konteks penggunaannya dan siapa penggunanya. Kalau yang memakai presiden, tentu berbeda kesannya bila kita bandingkan dengan idol atau artis.
Begitupula pada jenis occasion. Kemeja pada saat event formal seperti upacara dan pertemuan, agak berbeda penggunaannya di acara yang lebih santai atau modis. Apa saja efek psikologisnya. Berikut ini penjelasannya.
Bersih dan rapi – Outfit warna putih memberikan kesan yang bersih dan rapi, karena warnanya yang terang dan netral. Hal ini dapat membuat orang yang memakainya terlihat lebih teratur dan profesional.
Kesederhanaan – Warna putih juga memberikan kesan kesederhanaan dan polos, sehingga dapat mencerminkan kesederhanaan dan kejujuran pada pemakainya.
Ketenangan – Kemeja warna putih dapat memberikan kesan ketenangan dan damai, karena warnanya yang lembut dan tenang. Hal ini dapat membantu mengurangi kecemasan atau ketegangan pada pemakainya.
Kepercayaan – Kemeja warna putih dapat memberikan kesan kepercayaan dan integritas pada pemakainya, karena warnanya yang netral dan terlihat profesional. Hal ini dapat membuat orang lain merasa lebih nyaman dan percaya pada sosok yang menggunakannya.
Netral – Kemeja warna putih dapat memberikan kesan netral dan tidak mencolok pada pemakainya. Hal ini dapat membantu pemakainya terlihat lebih sopan dan tidak mencolok dalam situasi formal atau bisnis.
Kemeja putih tidak mutlak menandakan kepemimpinan
Walau begitu, bukan berarti kita menggunakan busana berkerah warna putih, kemudian otomatis kita menjadi sosok berwibawa, berjiwa pemimpin atau tampak seperti bangsawan. Sebenarnya, yang membawa semua itu adalah lebih kepada kepribadian sang pemakai busana.
Dengan pembawaan yang khas, kombinasi dengan outfit ini akan memberikan kesan tersendiri. Misalnya Presiden Jokowi, dengan segala kharisma dan track record beliau, tentunya pakaian ini memberikan aura kepemimpinan padanya. Apalagi ketika hendak melantik menteri, seringkali juga menggunakan dresscode tersebut.
Sedangkan tokoh lainnya seperti Ketua Kadin Arsjad Rasjid yang khas menggunakan kemeja putih dengan aneka gaya. Menggambarkan pribadi yang dinamis dan kegiatan profesional. Apalagi aktivitasnya yang masih berhubungan dengan profesional, industri dan generasi muda.
Contoh lainnya adalah hem dan kemeja putih wanita yang sering menjadi andalan bagi wanita karir, eksekutif muda atau bahkan selebriti. Warna dan model ini dapat mengangkat penampilan mereka lebih powerful dan percaya diri.
Jadi sejatinya kemeja putih merupakan penunjang identitas dan pribadi seseorang. Meski demikian, tidak harus punya jabatan bergengsi kalau mau pakai ya. Untuk pakaian sehari-hari, busana putih memang cukup aman dan masuk di berbagai suasana.