Suhu panas yang terjadi di Indonesia sejak awal April, masih berlanjut hingga menjelang penghujung bulan. Namun ternyata kondisi tersebut tidak berkaitan dengan gelombang panas yang sedang melanda beberapa negara.
Beberapa jarkom berita yang beredar di WAG atau Whatsapp Group dengan cepat mengaitkan kedua hal tersebut. Namun belakangan ini BMKG menyatakan bahwa Indonesia tidak mengalami gelombang panas seperti yang terjadi di beberapa negara Asia, seperti India dan Thailand.
Gelombang panas Asia dan penyebabnya
Beberapa waktu lalu, gelombang panas bahkan menyebabkan beberapa jalan aspal di India meleleh. Penyebab terjadinya heatwave tersebut tidak lain adalah dampak dari pemanasan global serta perubahan iklim yang terjadi setiap tahun.
Kendati banyak pihak di berbagai negara sudah berusaha menerapkan industri yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, tak bisa kita mungkiri bahwa kondisi tersebut belum cukup mengobati kondisi alam yang sudah rusak karena berkurangnya lahan hijau dan meningkatnya polusi yang melubangi lapisan ozon.
Oleh karena itu, kondisi seperti cuaca ekstrem dan heatwave ini diperkirakan akan semakin sering terjadi.
Indonesia mengalami suhu panas
Bertepatan dengan kondisi tersebut, baru-baru ini Indonesia mengalami kondisi yang mirip secara kasat mata. Seperti cuaca yang terik dan hawa yang lebih panas dari biasanya. Hal ini ternyata, menurut kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, bukan tergolong gelombang panas.
Hal tersebut karena dalam pantauan BMKG sendiri, secara karakteristik dari suhu udara tersebut berbeda dari kondisi gelombang panas. Melainkan ini merupakan siklus yang biasa dan terjadi rutin dari tahun ke tahun. Di area Jakarta misalnya, pada bulan April-Juni serta Oktober-November merupakan periode yang lazim terjadi peningkatan suhu udara.
Gelombang panas sendiri memiliki karakteristik adanya peningkatan suhu yang tidak wajar di mana kondisi ini bisa berlangsung hampir sepekan atau bahkan lebih. Syukurnya, Indonesia sebenarnya bukan berada pada kondisi tersebut. Hal tersebut karena posisi negara kepulauan kita di area ekuator dan dikelilingi perairan yang luas.
Viral anjuran akan bahaya sinar UV
Sementara itu, kabar viral gelombang panas ini juga bersamaan dengan anjuran untuk tidak melihat ke matahari secara langsung, serta menggunakan tabir surya bila keluar rumah. Hal tersebut karena paparan sinar matahari ekstrem menyebabkan potensi bahaya. Di antaranya adalah kulit terbakar atau sunburn dan kanker kulit.
Namun tidak perlu khawatir berlebihan. Kita bisa menggunakan produk sunscreen atau sunblok yang mengandung SPF 30 PA +++ ke atas, dengan tujuan memberikan proteksi pada kulit. Bila perlu, gunakan pakaian yang longgar tapi menutup lengan atau payung dan topi. Cara ini bisa mengurangi efek buruk paparan sinar matahari.
Usahakan cukup minum air putih, karena bisa membantu menstabilkan suhu tubuh dan mencegah berbagai penyakit akibat dehidrasi. Terutama di waktu mudik dan bepergian seperti ini, rawan terjadi transfer virus atau penurunan kondisi di tengah perjalanan dan paparan cuaca ekstrem.
BACA JUGA: 7 Sunscreen Terbaik Pelindung Kulit dari Cuaca Panas Membara
Intinya suhu panas di Indonesia berbeda dengan gelombang panas yang menyebabkan beberapa permasalahan ekstrem beberapa negara Asia. Tidak perlu panik dan tetap lakukan tindakan preventif yang diperlukan.