Siapa yang tak kenal brand Tolak Angin? Salah satu pelopor produk jamu dengan teknologi yang makin kekinian ini baru saja menjadi bahasan dari seorang konten kreator, Simen Platou.
Sebagaimana dirinya juga bermukim di Bali, pria bule yang memiliki akun Tiktok @naiaandpapa ini menceritakan bagaimana ia cukup salut dengan produk jamu sachet tersebut menjadi top of mind alias hal pertama yang ada di benak orang saat sedang sakit.
Benarkah brand Tolak Angin sekuat itu? Berikut ini ulasan dan secuplik sejarahnya.
Tolak Angin jadi solusi segala penyakit
Berangkat dari kebiasaan orang Indonesia yang menyebut hampir seluruh penyakit ringan dengan ‘masuk angin’. Simen Platou bertanya di platformnya, apa itu masuk angin. Dan orang Indonesia di Tiktok membantu menjawab pertanyaan tersebut dengan beberapa penjelasan.
Di antaranya adalah demam, perut kembung, sering buang angin, flu atau tidak enak badan lainnya. Dan banyak di antara mereka, menyelesaikannya dengan satu produk yakni Tolak Angin. Bahkan kendati sudah banyak produk saingan sejenis, mereka akan membelinya dengan sebutan ‘Tolak Angin’.
Ibarat ketenaran Samsung, Tesla dan Coca Cola
Kita mengenal beberapa merk seperti Samsung, Tesla dan Coca Cola sebagai top of mind di kategori produknya. Misalnya saat membeli soda dan orang akan menyebutnya Coca Cola walau ternyata itu Pepsi.
Atau bila kita ingin membeli air mineral, yang ada di benak kita adalah Aqua. Padahal mungkin merknya adalah Club atau bahkan sang rival berat, Le Minerale. Kemampuan menjadi brand nomer satu ini yang membuat sang bule salut dengan kehebatan Tolak Angin menjadi setara dengan brand-brand besar tersebut.
Berawal dari jamu rebusan dan melewati perang
Jamu Tolak Angin memang sudah ada sejak tahun 1930 dan berawal dari ramuan keluarga. Pembuatnya adalah Ibu Rachmat Sulistyo di Yogyakarta. Ternyata lambat laun jamu tersebut mereka pasarkan ke warga dan tinggi permintaan.
Bahkan produk ini sendiri sempat melewati fase peperangan di tahun 1949, membuat peraciknya dan keluarga harus pindah bermukim. Tahun 1950an, akhirnya pabrik Sido Muncul yang memilki makna, ‘jadi terwujud’, berdiri di Semarang.
Produk ini sempat diproduksi dalam bentuk serbuk di awal berdirinya. Namun kemudian muncul inovasi membuat jamu tetap cair, tapi praktis dan terjaga khasiatnya. Hingga saat ini, jamu Sido Muncul Tolak Angin tersebut menjadi salah satu obat sachet cair bergengsi meski sudah ada beberapa pesaing.
Tolak Angin sudah menyehatkan sampai ke mancanegara
Perjalanan panjang tersebut membuat brand ini tetap kokoh berdiri. Emiten saham Sido Muncul sendiri juga menjadi salah satu yang banyak peminatnya, karena trust yang tinggi pada riwayat dan kredibilitas perusahaannya. Baru-baru ini, brand Tolak Angin juga mendapatkan penghargaan sebagai Indonesias Home Grown Consumer Brands Award 2023 dari The Iconomics.
Lepas dari itu, setelah ramainya konten Simen Platou di TikTok, bermunculanlah testimoni netizen yang punya pengalaman akan khasiat dari produk pereda masuk angin itu. Salah satunya adalah kisah dari netizen yang membawa Tolak Angin untuk jaga-jaga kondisi kesehatannya sendiri di luar negeri. Ternyata ada warga lain di negara tersebut yang tidak enak badan. Saat netizen ini memberikannya jamu tersebut, malah sehat kembali.
Selain itu, istri Presiden Turki, Erdogan, juga pernah mengonsumsi produk tersebut. Hal ni dikisahkan oleh pemilik Sido Muncul saat ini, Irwan Hidayat, ketika berkunjung ke Kedutaan Besar Turki. Kala itu ia datang untuk menyampaikan bantuan gempa Turki yang baru-baru ini terjadi. Namun ia cukup surprise mendengar bahwa ibu negara Turki juga sempat minum Tolak Angin.
Jamu Tolak Angin yang berbahan dasar rempah dan rimpang seperti jahe, memang sudah melewati banyak sekali fase di Indonesia. Mulai dari perang, krisis moneter, hingga adanya wabah pandemi. Apakah ini termasuk produk andalan kalian juga?