Anthony Ginting mematahkan harapannya sendiri saat tertikung 6 angka oleh Brian Yang asal Kanada di gelaran Daihatsu Indonesia Master 2024, Istora Senayan pada babak semifinal. Yang membuat ‘nyesek’ adalah karena ia dalam status hampir menang.
Kemenangan di depan mata yang tertunda ini terjadi karena performa Brian Yang yang sebenarnya punya peringkat jauh di bawah Ginting, secara strategis beberapa kali menyalip skor Ginting. Meski demikian, pemain andalan Indonesia ini juga tak mau kalah dengan melakukan langkah antisipatif.
Ketika permainan akhirnya memasuki rubber set, cukup banyak badminton lovers yang was-was kendati permainan Ginting terbilang bisa menguasai keadaan. Puncak harapan penonton di Istora juga meningkat ketika Ginting berhasil menjauhkan diri dari Brian Yang dengan skor 19-15.
Namun yang terjadi kemudian adalah sebuah plot twist, di mana Brian Yang melaju tanpa henti dan tanpa perlawanan yang berarti. Skornya mulus menjadi 19-21 meninggalkan Anthony Ginting. Hasil pertandingan ini pun cukup menuai kekecewaan penonton, terutama yang memang menyaksikan sendiri di Istora Senayan, Jakarta.
Melalui konferensi pers, Ginting mengakui bahwa ia sempat ragu karena lawan mengubah pola permainan. Hal ini yang membuatnya kurang berani melakukan langkah-langkah preventif lainnya, terutama di poin-poin terakhir.
Pelatih Brian Yang orang Indonesia pernah masuk pelatnas
Menukil dari cuitan akun X @ainurohman, memberikan tambahan informasi bahwa di balik Brian Yang yang permainannya sangat apik sampai melenggang ke final, adalah seorang pelatih dari Indonesia bernama Setyaldi Putra Wibowo. Di mana ia pernah menjadi pemain badminton dari Semarang untuk Klub Guna Dharma Bandung.
Sama-sama bisa masuk ke pelatnas pratama bersama Ginting dan Jonathan Christie, ternyata Setyaldi kalah saing sehingga akhirnya harus terdepak. Siapa sangka, kini ia menjadi pelatih badminton untuk seorang pemain yang berhadapan langsung dengan sesama rekan badmintonnya dahulu.
Di samping sang pelatih, permainan Brian Yang memang cukup taktis sebagai pemain dengan peringkat 28. Ia cukup tenang di saat poinnya sendiri di ujung tanduk, tetapi pada momen kritis tersebut seperti menyimpan asa yang lebih besar dari lawan dan menunjukkan hasil mengejutkan.
Hal tersebut hampir diulangnya kembali saat melawan Anders Antonsen asal Denmark. Di mana pemain tersebut sudah mendekati kemenangan 2 angka lagi, tetapi begitu sulitnya hingga skor Brian Yang mendekat. Sejak saat itu, pemain Kanada ini semakin dikukuhkan sebagai ‘raja tikung’.
BACA JUGA: Daihatsu Indonesia Master, Unggulan yang Gugur dan Junior yang Mulai Bersinar
Informasi tentang coach Setyaldi ini juga menjadi plot twist kedua bagi badminton lovers yang selalu mengamati perkembangan bulu tangkis Indonesia. Di mana pemain negara lain banyak mengembangkan skill permainan, ternyata beberapa di antaranya mengambil pelatih tanah air, seperti Kanada dan Malaysia. Hal ini semakin menjadi catatan di tengah prestasi pemain Indonesia yang tengah turun drastis.