Satu lagi masalah yang sepertinya tidak lekang dari waktu ke waktu. Meski sudah ada aturan terkait penggunaan toa masjid, tetapi masih ada pihak yang kurang bisa menggunakannya dengan bijaksana.
Sebagai bangsa dengan keberagaman suku dan budaya, kita sudah sejak dulu berusaha menerapkan toleransi dan saling menghargai. Meski ini bulan Ramadan, di mana mayoritas muslim berpuasa, tentunya perlu menghormati juga mereka yang tidak perlu bangun sahur. Konteks dalam hal ini adalah menggunakan toa masjid untuk membangunkan warga untuk bangun dan sahur sebelum imsak datang.
Namun kali ini, bahkan yang merasa terganggu adalah muslim itu sendiri. Seorang kakek sampai marah-marah pada pemuda masjid yang berada di masjid. Mengapa bisa demikian?
Terganggu suara masjid dekat rumah
Beredar sebuah potongan video yang menampakkan seorang kakek seperti sedang ‘memberi pelajaran’ pada beberapa anak muda di masjid. Menurut akun yang memposting video tersebut, hal ini lantaran posisi masjid yang dekat dengan rumahnya dan tampaknya terganggu karena anak-anak muda yang membangunkan sahur terlalu berisik.
Kakek yang menggunakan pakaian muslim rapi dan lengkap tersebut dalam posisi sedang mengaji di rumahnya. Ia pun mendatangi masjid serta setengah emosi menggertak anak-anak muda tersebut. Salah seorang anak sepertinya merekam aksi itu, di mana sang kakek sampai sempat mengangkat meja.
Para pemuda yang sebagian besar laki-laki itu pun kocar-kacir dibuatnya. Meski agak tunggang langgang, masih terdengar gelak tawa tapi juga kebingungan melihat sikap sang kakek.
Netizen mendukung aksi sang kakek
Sebagian besar netizen membela dan mendukung sang kakek. Rupanya karena mereka mengalami hal yang sama di lokasi masing-masing. Ada juga yang tak setuju dengan metode membangunkan sahur yang terlalu berisik, sebab para pembangun sahur cenderung menggunakan toa dengan ugal-ugalan.
Ada yang membangunkan dengan berteriak-teriak, bahkan salah seorang netizen menceritakan bagaimana di kampungnya, membangunkan sahur dengan speaker dangdutan ala kondangan. Hal ini dianggap sudah tidak efektif, terutama di era masyarakat sudah bisa mensetting alarm sendiri via HP. Membangunkan sahur beramai-ramai sebenarnya berniat baik, tapi beberapa masih menyalahgunakan sebagai ajang ‘suka-suka’ yang berujung merugikan beberapa pihak.
Namun demikian, ada juga yang menyayangkan sikap kakek tersebut. Sebab dengan hal ini malah membuat banyak pemuda nantinya malas ke masjid, karena pengalaman yang tidak menyenangkan.
Aturan penggunaan toa
Ada beberapa dasar yang bisa kita gunakan untuk menyikapi permasalahan langganan di bulan puasa ini. Yang pertama melalui ulama. Buya Yahya pernah menyampaikan bahwa tidak masalah membangunkan warga dengan toa masjid. Selama memperhatikan waktunya, yaitu sekitar pukul 3 pagi, jangan sebelumnya. Sebab hal itu akan mengganggu jam istirahat.
Selain itu, tetap memperhatikan batas kewajaran. Hal ini bisa jadi berkaitan dengan caranya. Toa berfungsi untuk membesarkan dan menggemakan suara kita agar terdengar sampai jauh. Jadi, sebenarnya dengan volume dan intonasi yang baik, sudah cukup membantu orang-orang bangun sahur.
Pemerintah melalui Menteri Agama, tahun lalu juga telah menerapkan aturan mengenai penggunaan toa masjid. Tertuang pada SE Menteri Agama Nomor 05 Tahun 2022 yang menerangkan tentang besaran volume suara maksimal 10 dB. Pun kita perlu memperhatikan settingan dan kualitas rekaman bila yang dinyalakan adalah rekaman pengajian.
Hal ini juga bermanfaat untuk menjaga rumah ibadah sebagai tempat yang baik, maka segala outputnya tetap baik. Termasuk suara-suara yang muncul dari dalamnya.
Sudah menjadi kebiasaan di Indonesia menggunakan toa masjid untuk azan hingga pengumuman kepada warga setempat. Hendaknya kita juga memahami dan menerapkan adab yang baik, supaya tetap bisa sama-sama menjaga kualitas ibadah sesama muslim, serta menjaga hubungan dengan manusia yang beragama lainnya.