Sebuah kasus pelecehan verbal membuat maskot Capsen yang bernama Bobba harus men-take down sebuah video yang telah beredar di Tiktok. Hal ini karena ternyata reaksi sejumlah oknum netizen yang tidak senonoh
Hal ini terungkap setelah akun Tiktok @bareng_capsen mengungkapkan permintaan maaf sekaligus menceritakan kronologis kenapa video Tiktok maskot bernama Bobba itu sedang tinju. Bobba adalah nama maskot untuk brand Capsen yang merupakan produk essential oils.
Klarifikasi Bobba atas pelecehan verbal yang dialaminya
Dalam video klarifikasi tersebut, Bobba menceritakan bahwa ia terpaksa menurunkan konten tinju tersebut kendati banyak orang yang menyukai komedi di dalamnya. Hal ini karena terdapat beberapa komentar yang menjurus terhadap orang di dalam maskot dan membuat pihak maskot sendiri merasa tidak nyaman.
Adegan tersebut adalah karena ada bagian tubuh yang sangat sedikit dan sebenarnya tidak terlihat akan ‘mengundang’ reaksi negatif. Yakni ketika perempuan yang ada di dalam maskot terlihat roknya. Namun ternyata, komentar beberapa netizen ada yang menjurus pada pelecehan. Mau tidak mau, beberapa komentar yang sangat tidak sopan terpaksa dihapus.
Namun, karena lama-kelamaan juga menyinggung secara personal, video tersebut akhirnya dihapus. Ia juga menuliskan bahwa sebagai editor yang seorang perempuan, menurutnya bagian tersebut tidak tendensius. Akan tetapi dengan adanya kejadian ini membuatnya semakin aware bahwa sekecil apapun bagian tubuh yang terlihat bisa saja men-trigger respon dari netizen yang sangat luas.
Reaksi netizen mengecam komentar oknum
Kendati demikian, kasus ini membuat sebagian besar netizen menaruh prihatin atas apa yang menimpa maskot Bobba. Pasalnya, maskot tersebut menggunakan kostum yang cukup besar, lucu dan menggemaskan. Tanpa ada unsur sensual yang mengundang reaksi negatif. Hingga kini, akun Tiktok tersebut banjir dukungan moril bagi si maskot dan kecaman bagi oknum yang melakukan.
“Pantes IQ di sini 78-an, mikirnya bok*p mulu.”
“YANG BILANG CAT CALLING HAL SEPELE SELAMA GA DIPEGANG, JUJUR LU SAKITTT ANJ*RRR..”
“Banyak pol yg ky gini. Ga ada otaknya emang”
“Lagian anak2 skrg tu lbih ke gapunya adab dan sopan2nya sih. Bully sm pelecehan mskipun online skrg dianggep wajar dan “bercanda””
“Sorry, Bob. Tapi gua broken banget bacanya. Kaya kenapa perempuan harus ngalamin ini sih? I’m so sorry Bobba. Gua tau bakal banyak cowo yang ga akan ngerti.”
Kejadian ini mengingatkan pada tahun 2023, di mana ada konten edukasi untuk anak kecil, tetapi beberapa oknum netizen malah memberikan komentar yang menjurus pada host acara tersebut. Tidak berlebihan bila akhirnya menuai reaksi kecaman yang sama, karena warganet lainnya merasa netizen masa kini juga sudah krisis moral.
Mengenal pelecehan verbal
Pelecehan tidak hanya dalam bentuk kontak fisik, tetapi juga bisa berupa omongan atau ketikan. Mirisnya, karena terkesan tidak memberikan kontak langsung, hal ini adalah yang paling sering dilakukan di masyarakat. Korbannya pun bisa laki-laki maupun perempuan.
Pelecehan verbal di antaranya berbentuk cat calling, alias menggoda lawan jenis yang tidak dikenal dari jarak tertentu atau menuliskan komentar pada postingan terkait. Contoh yang paling sering adalah pria bersiul ketika ada perempuan lain di hadapan mereka, atau memanggil-manggil yang membuat targetnya tidak nyaman. Bisa juga menjadikan seseorang sebagai objek yang dilihat secara sensual. Misalnya merasa seorang laki-laki suaranya seksi sehingga kaum hawa menyebut ‘rahimku hangat’.
Respon terhadap aksi ini bisa berbeda-beda. Ada yang menanggapi sebagai candaan, ada pula yang memilih diam dan tak sedikit yang sudah mulai berani menindak pelaku. Yang jelas, tindakan di atas sudah masuk kategori melanggar etika dan melecehkan seseorang.
BACA JUGA: Video Miris Pelecehan Jamaah Wanita di Masjid Praya, Perekam CCTV Ikut Tertawa
Pelecehan verbal semestinya tidak dilakukan atau di-‘biasa’kan karena bisa saja objeknya memiliki trauma di masa lalu yang tahapnya sudah melalui kontak fisik. Namun pada orang awam pun, hal ini sangat tidak etis dan sebaiknya kita mulai menjaga empati terhadap siapapun. Serta menghindari ucapan maupun tulisan yang tidak pantas demi kebaikan bersama.