Gaji orang sekarang lebih besar dari satu atau dua dekade lalu. Namun tantangan dan distraksinya juga besar, sehingga bikin generasi produktif sekarang sulit menabung. Demam investasi masa kini, juga bisa jadi jebakan jika salah mindset.
Tren investasi saham, emas, bahkan mata uang kripto beberapa waktu lalu, membuat orang berpikir bahwa kaya di usia muda itu mudah. Padahal ada fondasi dulu yang harus mereka miliki dan itu butuh proses. Kecuali memang sudah punya leluhur yang hartanya tidak habis tujuh turunan.
Berikut ini adalah seni menabung ala orang Jepang yang bernama Kakeibo. Cara ini telah membantu banyak orang yang sungguh-sungguh agar terhindar dari kejatuhan finansial.
Fokus pada yang paling penting: SURVIVE
Menyadari bahwa ternyata pengeluaran terbesar ada pada kebutuhan pokok untuk hidup adalah hal yang penting. Investasi memang baik, tapi tidak perlu memaksakan diri bila pemasukannya belum memadai. Perlakukan diri kita dan orang-orang yang hidup dari penghasilan tersebut sebagai aset.
Artinya bila butuh biaya makan, kesehatan, pendidikan atau bahkan membayar hutang, maka selesaikan di sana dulu. Tidak masalah bila akhirnya belum ada uang yang tersisa, yang penting kebutuhan dan pengeluaran prioritas teratasi.
Namun, sebisa mungkin tidak ada hutang
Hutang adalah salah satu sandungan yang paling sering ada dalam keuangan. Kondisi ini bisa berupa hutang pribadi kita atau warisan tanggungan dari keluarga sebelumnya. Hindari hutang yang sifatnya sangat sekunder, misalnya untuk upgrade gadget hanya karena keinginan pribadi. Atau membeli produk fesyen mahal dengan cicilan hanya untuk mendapat validasi dari orang lain.
Bila hutang tersebut sifatnya tak terhindarkan, seperti hutang warisan dari orang tua atau karena ada musibah sehingga perlu berhutang untuk hidup, niatkan dan yakini untuk melunasinya. Seperti kisah, Dewa Eka Prayoga yang terlilit hutang dengan nilai yang tidak masuk akal, tetapi bisa melunasinya dengan niat dan usaha yang sungguh-sungguh.
Membuat jurnal anggaran ala orang Jepang, KAKEIBO
Nah, setelah memahami dua kondisi di atas, mulailah untuk menggambarkan peta keuangan dan pengeluaran kita. Sebab kita sudah tahu pos pengeluaran paling prioritas dan ada atau tidak ada hutang di dalamnya.
Teknik jurnal anggaran ini bermula dari Hani Motoko di tahun 1904 yang ingin membantu para ibu rumah tangga di Jepang dalam menata keuangannya. Ada 4 kategori yang bisa membantu kita membedakan jenis pengeluaran kita.
Pertama adalah esensial atau survival, kedua opsional, ketiga hiburan dan keempat adalah ekstra. Urut-urutan ini menunjukkan mana yang paling prioritas. Semua yang sifatnya wajib kita bayarkan seperti sembako, tagihan, cicilan adalah bagian esensial. Termasuk kebutuhan pengobatan saat sakit.
Pengeluaran opsional adalah kebutuhan sekunder macam pembelanjaan yang masih bisa kita tekan. Seperti snack, jajan, rokok atau ngopi di cafe. Sedangkan hiburan biasanya seperti nonton film ke bioskop dan jalan-jalan. Terakhir, pengeluaran ekstra ini walau paling akhir, tetap perlu kita anggarkan. Sekiranya ada kebutuhan insidental seperti pompa rusak, mobil butuh servis, uang kondangan atau musibah yang tak terduga.
Manfaat Kakeibo, bisa efisiensi dana
Setelah menganggarkan sesuai kategori, kita jadi tahu berapa uang yang ada, berapa yang perlu keluar, serta pengeluaran mana yang masih bisa kita efisiensikan. Misalnya membeli deterjen untuk kebutuhan rumah tangga, bila tidak ada kebutuhan khusus, kita bisa memilih deterjen level B yang kualitasnya sama tapi harganya lebih murah. Meski brandingnya tidak sebagus merk yang jadi top of mind, bila perbedaan manfaatnya tidak signifikan, why not?
Atau pengeluaran opsional seperti ngopi di cafe dari yang tiap minggu sekali, bisa kita kurangi menjadi 2 minggu sekali. Dari efisiensi seperti ini, kita bisa mewujudkan nilai penghasilan untuk target tabungan atau mungkin membayar cicilan hutang lebih cepat.
Tentang tabungan atau bila kita arahnya ingin investasi, juga tidak perlu ekstrem. Bila belum bisa, tidak masalah. Kita bisa mencari cara lain untuk ekspansi pintu penghasilan. Bila sudah bisa, mulai saja dari nilai yang kecil tapi konsisten. Daripada impulsif tapi akhirnya kita ‘bongkar’ lagi karena ada kebutuhan yang belum terpenuhi.
Bagaimana membuat Kakeibo efektif?
Ada beberapa booster atau penguat supaya Kakeibo yang kita lakukan bisa lebih mumpuni. Pertama, jelas berangkat dari niat dan keyakinan dulu. Terutama buat yang punya pos bayar cicilan atau hutang.
Untuk mereka yang ada di kategori ini, perlu mengikhlaskan gaya hidupnya yang tinggi. Tidak harus langsung hidup prihatin, tetapi menahan diri dari belanja, hangout atau check out yang tidak perlu.
Selanjutnya, disiplin dalam menjalankan rencana dan anggaran keuangan. Namun, tetap menyadari bahwa akan selalu ada potensi pengeluaran mendadak.
Terakhir, cobalah untuk mencari side income. Meski tantangan jaman sekarang itu besar secara perekonomian, kesempatannya juga masih terbuka lebar. Misalnya mengambil kerjaan paruh waktu, freelance, menjadi reseller atau menawarkan jasa dari skill kita.
Dengan begitu, ada tambahan pemasukan selain dari penghasilan pokok yang kita punya. Sobat muda yang bercita-cita ingin kaya, bukan hal yang tidak mungkin mewujudkannya, asal ada niat dan usahanya.
“Semua itu tergantung mindset,” memang bukan jargon yang omong kosong. Perbaiki mindset tentang keuangan dan gaya hidup kita, baru bisa memperbaiki action dalam sehari-harinya.
Mari mulai bertekad untuk bisa mengatasi hutang, mencukupi kebutuhan, tidak jadi beban orang lain dan bisa membantu lebih banyak orang dengan memperbaiki mindset keuangan kita.