Muadzin Syeikh Dhiauddin membawa kebanggaan bagi Aceh dan Indonesia. Ia menang lomba azan Otr Elkalam di Arab Saudi, setelah membuat sang juri menangis. Namun hal itu justru membuatnya mendapat ganjaran Rp 3,9 M sebagai hadiah lomba.
Event ini memang tidak terdengar kencang di negara sendiri. Namun demikian pria asal Aceh tersebut tetap melakukan tugasnya dalam kompetisi Azan level internasional ini dengan sepenuh hati. Apalagi gelarannya yang berlangsung bersamaan dengan momen Ramadan yang penuh berkah.
Siapakah Dhiauddin dan bagaimana perjalanannya sehingga bisa mengharumkan nama bangsa di perhelatan internasional tersebut? Simak kisahnya.
Momen Dhiauddin bin Nizar bikin juri menangis karena lantunan azannya
Azan merupakan seruan kepada umat Islam untuk melakukan salat. Barangsiapa yang terpanggil saat mendengarkannya, terkadang juga bisa menitikkan air mata karena teringat akan Allah SWT. Saat Dhiauddin melantunkan azan di hadapan 7 orang juri, salah satu di antaranya nampak sangat menghayati lantunan tersebut.
Pria asal Aceh tersebut membawakan dengan melodi yang menggugah emosi, sehingga juri itu nampak menitikkan air mata. Dinamika azan yang ia bawakan memang membawa nuansa ketenangan, kedamaian, tetapi juga mendorong kerinduan pada Sang Ilahi. Salah seorang netizen dari negara lain juga menyampaikan perasaannya bahwa ia seperti terbawa ke surga saat mendengar azan seperti itu.
Salah satu juri, Sheikh Bahloul, menyebutkan bahwa Dhiauddin membawakannya dengan baik pada mereka, tapi membuat jiwa mereka ‘tidak baik-baik saja’. Hal ini nampaknya karena dinamika emosi yang bisa terasa saat mendengarkan lantunan tersebut.
Bersaing dengan puluhan ribu kontestan dari berbagai belahan dunia
Perjalanan Syeikh Dhiauddin bukannya mudah. Persaingannya ternyata tidak main-main, karena kontestannya bukan berjumlah ratusan, tetapi puluhan ribu. Menyisihkan seluruh pesaing hingga masuk 3 besar, membuat banyak netizen Indonesia yang mengetahui kabar ini juga ikut bangga.
Ia bersaing ketat dengan dua rival lainnya. Yang menduduki juara pertama adalah peserta dari negara tuan rumah, Mohammed Al-Sharif. Sedangkan yang berhasil menyabet juara ketiga adalah Raheef Al-Hajj. Ada pula warga Inggris yang menduduki posisi keempat, Ibrahim Assad
Kompetisi Azan bergengsi peraih rekor dunia

Event kompetisi pembacaan ayat Qur’an dan adzan, Otr Elkalam, merupakan perlombaan bertaraf internasional. Di mana pesertanya bisa terdiri dari berbagai negara. Untuk tahun ini saja, ada sekitar 50.000 peserta dari berbagai negara yang berkompetisi. Ini merupakan perhelatan pertama di dunia yang memadukan azan dan pembacaan Qur’an.
Baru-baru ini, program kompetisi Otr Elkalam bahkan mencatatkan diri meraih 6 rekor dunia. Beberapa di antaranya adalah lomba pelantunan Quran dengan hadiah terbesar. Sebab untuk juara pertama mendapat 2 juta riyal yang nilainya hampir setara Rp 8M. Selain itu, juga meraih gelar lomba Quran dengan peserta terbanyak dan lomba Azan terbesar yang pernah ada.
Siapakah Dhiauddin bin Nizar?

Meraih kemenangan kompetisi adzan kelas internasional. rupanya latar belakang Dhiauddin memang berasal dari keluarga qari dan qariah. Kedua orang tuanya bernama Tgk H Nazaruddin Basyah dan Nurwahidah SAg. Sang ayah menceritakan bagaimana putranya yang kelahiran 1989 tersebut memang sejak kecil memiliki kemampuan akademis yang cemerlang.
Setelah lulus Madrasah Aliyah, Dhiauddin menempuh pendidikan S1 di Kairo, Mesir. Kemudian kini ia sedang menjalani program doktoral di Malaysia. Sedangkan ikut lomba azan ini tadinya juga hanya coba-coba. Namun menjadi sebuah berkah, karena ternyata membuatnya menjadi salah satu runner up yang meninggalkan kesan mendalam bagi para juri dan penonton yang mendengarnya.
BACA JUGA: Masjid Jogokariyan, Tak Gentar Gelar 3000 Porsi Buka Puasa Meski Saldo Nol Rupiah
Dhiauddin menjadi salah satu inspirasi generasi muda yang selalu bersemangat menimba ilmu dan mendekatkan diri pada kegiatan yang baik. Meski tidak terdengar derap langkahnya, tetapi diam-diam memberikan gelar juara internasional yang membanggakan bangsa.