Belakangan ini salah satu konten menarik di medsos adalah pengalaman solo hiking. Objeknya tidak harus gunung, tetapi bisa juga perbukitan dan bisa sekali jalan langsung pulang atau biasa disebut dengan tektok.
Namun, agaknya tren solo hiking ini juga perlu kita pertimbangkan dan filter, terutama dari aspek keselamatan. Sembarang meniru konten ketika masih pemula atau belum banyak pengalaman, bisa membahayakan diri sendiri maupun orang banyak (meskipun kita berniat pergi sendiri). Sebab bila terjadi hal-hal yang tak terduga dan tak diinginkan, sudah pasti akan melibatkan banyak orang.
Nah, supaya solo hiking yang mau kita lakukan bisa tetap aman tanpa membahayakan diri, seorang warganet memberikan anjuran dan masukan atas maraknya konten solo hiking yang belum benar-benar safety.
Bijak menggunakan bivak
Bivak adalah tempat bernaung atau camp sementara yang bisa kita gunakan dalam fase darurat atau perhentian yang tidak terlalu lama. Memasuki musim penghujan, melakukan solo hiking benar-benar harus memperhatikan aspek keselamatan, termasuk paham kapan harus mendirikan bivak atau tenda yang sesungguhnya.
Kita tidak bisa memprediksi kondisi alam liar, seperti ada hujan atau angin lebat, luapan banjir atau lahar dingin, hingga hewan buas. Bila hujan atau kondisi perhentian cukup lama, semisal lebih dari 45 menit, sebaiknya setelah mendirikan bivak, perlu mendirikan tenda. Sebab cara ini bisa menjadikan kita lebih aman sekaligus nyaman.
Siap sedia fly sheet
Fly sheet amat sangat berguna untuk melindungi tenda atau menjadi bivak. Bisa juga kita gunakan untuk melindungi hammock. Sebab fly sheet memang kita perlukan untuk menaungi tenda, berteduh sementara hingga memberi perlindungan ekstra dari terpaan cuaca saat melakukan solo hiking atau camping.
Perhatikan juga bagaimana bahan dan bentuk fly sheet yang kita pakai. Berbeda tujuan, beda juga penerapan pasangnya. Memasang flysheet untuk menjadi bivak sendiri harus di tempat yang memang juga akan aman dari berbagai terpaan angin dan hujan, kendati fungsinya memang untuk melindungi dari kondisi tersebut.
Persiapan dan pahami risiko
Solo hiking memang menginspirasi bahwa kita sebagai manusia dibekali kemampuan untuk survive dan keberanian, terutama menjelajah banyak tempat di alam terbuka. Namun hal ini bukanya tanpa risiko dan persiapan. Banyak belajar dan bertanya pada mereka yang lebih ahli. Akan lebih baik bila sudah memiliki pengalaman naik gunung atau bukit, maupun camping bersama kelompok sebelumnya.
Hal ini bisa membantu kita lebih mengenali medan, punya pengalaman dan orang yang bisa ditanyai akan persiapan dan antisipasi apa saja untuk meminimalisir hal yang tak diinginkan. Hindari ingin melakukan ini dan itu hanya modal nekat atau demi konten, terutama di alam terbuka. Sebab kondisi di luar sana benar-benar di luar kendali kita.
BACA JUGA: Erupsi Gunung Marapi Sumbar, Puluhan Pendaki Terjebak
Selain itu, kita juga tidak bisa memanjakan ego atau keinginan untuk memacu adrenalin belaka. Dalam melakukan solo hiking selain bertanggung jawab atas keselamatan sendiri, juga tetap perhatikan bahwa keselamatan kita nantinya tetap melibatkan orang lain. Misalnya keluarga di rumah atau bahkan tim penyelamat.