Mempelajari apa itu investasi di usia muda, memang banyak manfaatnya. Apalagi dengan makin banyaknya fenomena crazy rich dan pebisnis under 30.
Namun, banyak yang masih salah kaprah dan menelan mentah-mentah tentang makna kata tersebut. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia yang juga CEO Indikai Energy, Arsjad Rasjid, berpesan sambil meluruskan makna investasi bagi generasi muda.
Ternyata, yang lebih utama adalah bukan tentang berapa banyak kekayaan di masa depan semata, melainkan usaha kita secara bertahap untuk memberikan value added bagi diri sendiri.
Bingung? Jangan khawatir, mari kita simak apa itu investasi secara harfiah. Namun juga mengupas langkah yang logis dan realistis untuk mewujudkannya dengan kondisi yang ada sekarang.
Apa itu investasi secara harfiah?
Menurut KBBI, investasi adalah penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Namun di usia yang sangat muda, kita seringnya punya modal terbatas, bukan?
Maka dari itu, kita perlu memperluas pandangan bahwa modal tidak hanya dari segi uang, tetapi juga bisa berbentuk waktu, keahlian, keterampilan hingga koneksi. Bahkan, kesehatan jiwa dan raga sebenarnya adalah modal terpenting, tapi sering terabaikan karena kebanyakan begadang, overthinking atau kebanyakan makan mie.
Namun, memang tidak ada salahnya mulai menyisihkan uang jajan atau penghasilan untuk mencoba beberapa instrumen finansial yang sebenarnya. Saat ini, nabung emas atau nabung saham bukan hal yang tidak mungkin juga, karena banyak platform yang membuat fitur atau program mereka lebih user friendly bagi generasi milenial, bahkan gen Z.
Generasi muda ingin cepat kaya
Saat ini, salah satu pencarian yang paling tinggi di Google adalah ‘cara cepat kaya’. Tidak ada salahnya, karena memang di era disruptif ini ada banyak lifehack untuk mendapatkan uang. Namun, hati-hati dengan mindset ingin cepat kaya, karena bisa jadi cepat jatuhnya.
Belajar dari nasihat Arsjad Rasjid memang tidaklah klise. Sebab gambaran sukses dan mapan yang sering kita lihat di media sosial, sebenarnya adalah ‘hasil’ dari usaha di balik layar yang tak terlihat. Bukankah sebagai warga+62, kita seringkali julid bagaimana bisa anak muda belum genap 30 tahun sudah bisa beli rumah sendiri?
Di sisi lain, bila mental kita belum terlatih, akan dengan naif berpikir bahwa kaya dengan cepat tanpa kerja keras adalah hal yang possible. Padahal apa yang orang tampakkan di media sosial tentunya sudah mengalami filter dengan tujuan tertentu.
Apa itu investasi value added bagi diri sendiri?
Bentuk penanaman modal yang paling mudah adalah memberi value added bagi diri sendiri. Ada empat elemen yang perlu kita kelola, di antaranya berinvestasi pada masa depan, karir, tubuh dan pikiran, serta hubungan.
Menanamkan modal untuk masa depan di antaranya mulai membuat goal dan rencana untuk masa depan. Misalnya bercita-cita punya usaha sendiri, maka langkah apa saja yang perlu kita siapkan. Bisa jadi dengan mengelola keuangan pribadi, mencoba magang atau punya side income, masuk kuliah jurusan tertentu dan lulus tepat waktu. Semua ini bentuk perencanaan kecil yang bisa meloloskan goal ke depannya.
Perencanaan karir itu bukan sekedar membidik satu pekerjaan dengan gaji besar. Namun bisa juga berupa ekspansi keterampilan lewat short course atau bootcamp, mencoba pekerjaan baru setiap 2 atau 3 tahun masa kerja, mencoba bisnis kecil-kecilan pada tahap tertentu, bahkan merencanakan pendidikan tahap lanjutan juga bisa meningkatkan tahapan karir kita.
Berinvestasi pada kesehatan jiwa dan raga karena tantangan generasi ini makin kuat, tetapi distraksi psikis dan fisiknya juga banyak. Makin banyak makanan enak tapi minim zat gizi, tekanan dan stres dari lingkungan atau tuntutan hidup, dapat mengikis vitalitas tubuh dan pikiran kita. Coba praktikkan olahraga 20-30 menit meski hanya jalan kaki setidaknya 2-3 hari sekali, ini jauh lebih baik dari tidak sama sekali. Selain itu, menemukan aktivitas yang sejalan dengan hobi dan passion, dapat menyehatkan mental kita. Dan siapa tahu malah di situ ada potensi yang bisa digali.
Menjaga hubungan baik bukan sekedar hubungan dengan orang-orang di luar sana yang potensial, tapi juga keluarga dan support system terdekat. Bisa mulai dari menyapa 3-5 orang setiap hari untuk menjaga silaturahmi. Serta tak ada salahnya menambah koneksi dari komunitas atau circle baru, karena ini sama halnya dengan membuka jalur rezeki yang baru.
Instrumen nabung saham dan keuangan lainnya
Nah, berikutnya adalah tentang modal dalam bentuk uang dan aset finansial itu sendiri. Ketahuilah bahwa uang sejatinya adalah energi yang mengalir dan seolah memiliki kehendaknya sendiri. Maka, sekuat apapun kita simpan, suatu saat ia akan keluar juga. Di sisi lain, uang juga mengalir pada mereka yang mengalirkannya pada yang membutuhkan.
Karena itu, cobalah beberapa tips mengelola instrumen keuangan berikut ini:
Simpanan untuk operasional adalah anggaran yang sudah pasti keluar dan kita gunakan. Misalnya untuk kebutuhan hidup, bayar tagihan, cicilan dan lainnya.
Simpanan darurat, meski sedikit, cobalah sisihkan anggaran untuk dana darurat. Artinya, gunakan hanya bila terjadi hal-hal mendesak. Seperti sakit, kebutuhan perbaikan rumah, kendaraan atau sejenisnya.
Simpanan berjangka bisa terdiri dari jangka pendek dan jangka panjang. Kita yang tentukan sendiri prioritasnya. Sebagai contoh, tabungan emas untuk menikah, tabungan jangka setahun untuk traveling ke luar negeri, nabung saham untuk sekolah, uang pensiun dan masih banyak lagi.
Selain itu masih ada bentuk lainnya seperti reksadana dan deposito yang kini nominalnya bisa lebih menyesuaikan dengan budget anak muda. Hal ini menunjukkan kalau fasilitas masa kini untuk menanam modal demi kesuksesan masa depan sebenarnya semakin mutakhir. Tinggal dari sisi kemauan dan kemampuan kita untuk mengusahakannya.
Tak perlu FOMO dalam berinvestasi
Satu hal terakhir yang perlu kita ingat dengan tren kesuksesan di generasi saat ini, tak perlu FOMO atau fear of missing out. Ketika yang lain sedang flexing di media sosial dengan menunjukkan sudah punya rekening dua hingga tiga digit, membeli emiten saham yang tren, selebrasi jabatan baru, mobil baru ataupun rumah baru, itu merupakan cara dan kebutuhan validasi mereka.
Hal ini bukan berarti pencapaian kita harus sama, karena kecepatan dan penggaris hidup kesuksesan setiap orang memang berbeda. Namun dengan mencoba menyiapkan sejak dini, sejak kamu membaca tulisan ini, tidak peduli berapapun usiamu, masih belum terlambat untuk menata dan mengelola masa depan.
Intinya, memang tidak ada yang instan. Semua butuh persiapan, usaha dan pengelolaan. Perbaiki pemahaman tentang apa itu investasi dari berbagai sisi, supaya tidak mudah terpengaruh doktrin dan tren cepat kaya yang tak pasti.