Solo baru saja berduka setelah kehilangan seorang Dokter Lo Siaw Ging yang pengabdiannya begitu tulus pada masyarakat. Sosoknya dikenal sebagai tenaga kesehatan yang tak mematok biaya, bahkan sering menggratiskan pasien yang tidak mampu.
Namun pada tanggal 9 Januari kemarin, dokter berhati mulia ini mengembuskan nafas terakhirnya di RS Kasih Ibu, Solo, Jawa Tengah, pada pukul 14.00, setelah bergulat dengan kondisi kesehatan yang makin menurun. Sebelumnya almarhum memang telah sempat dirawat inap, tapi kemudian minta pulang ke rumah.
Pada hari Jumat, kondisinya drop kembali sehingga harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Sebelum wafat, dr. Lo bahkan masih sempat menyebutkan sebuah wasiat bahwa dirinya ingin dimakamkan secara sederhana saja dengan peti berwarna putih. Sifat rendah hati dokter ini memang sudah menjadi hal yang banyak diketahui warga setempat.
Riwayat dr. Lo bantu pasien agar bisa kembali berobat
Sehat itu memang mahal, sehingga ada jargon bahwa rakyat miskin tidak boleh sakit. Perumpamaan yang ironis ini memang ada dan banyak sekali dilihat oleh dr. Lo. Ada salah satu pasiennya yang merupakan korban tertimpa papan baliho raksasa di tahun 2009 sehingga pengobatannya juga harus melalui terapi.
Karena kala itu belum ada BPJS, sang pasien yang bernama Afi tersebut sempat ingin menyerah saja dan tidak lanjut berobat. Ternyata pihak RS menghubungi Afi untuk datang kembali dan menjalani terapi, sebab dr. Lo tidak memungut biaya.
Kisah lain adalah ketika dokter yang wafat dalam usia 89 tahun ini pernah memarahi pasiennya. Hal tersebut karena si pasien memaksa agar bisa membayar, kendati dr. Lo tahu bahwa pasien tersebut kesulitan finansial. Ada juga seorang ayah yang membawa putrinya ke dokter tersebut dan ditanya apa bisa membayar. Pria tersebut akhirnya mengakui bahwa ia tidak membawa banyak uang.
Tak disangka, dokter kelahiran Magelang Jawa Tengah itu tetap menyuruhnya menebus resep dan berkata bahwa ia yang akan melunasinya. Berdasarkan info, dr. Lo memang akan memberikan tanda khusus pada resep pasien yang kurang mampu.
Mengcover biaya pasien dengan dana pribadi atau donasi anonim
Kebaikan dr. Lo ini sesungguhnya karena ia juga terinspirasi pada Dr. Oen Boen Ing yang mendirikan RS Dr. Oen di Solo yang sama memiliki jiwa sosial tinggi. Selain itu, ia juga memegang pesan dari sang ayah di masa lalu bahwa saat menjadi dokter, tak perlu berpikir tentang berdagang. Sejak itu ia makin mantap dengan prinsip bahwa kesehatan itu hak semua orang, meskipun dalam kondisi miskin.
Lalu, dari mana uang yang digunakannya untuk mengobati biaya pasien selama ini? Melansir dari Kompas, uang tersebut merupakan dana dari kantong pribadinya. Ia sering mengeluarkan 7-8 juta rupiah dalam sebulan. Namun ternyata kebaikan ini juga mendapat dukungan dari orang-orang baik yang ingin berdonasi.
Akhirnya bantuan dana dari pihak-pihak yang tak mau disebut namanya ini pun membantu melancarkan kebaikan dr. Lo untuk memudahkan hak sehat dan pengobatan bagi warga tidak mampu baik di Solo maupun sekitarnya. Pada tahun 2020, dokter Lo mendapat anugerahMahakarya Kebudayaan dari MURI karena kebaikannya tersebut.
BACA JUGA: Legenda Panahan Indonesia, Kusuma Wardhani Tutup Usia
Dr. Lo adalah bukti hidup manusia yang selesai dengan dirinya akan keinginan-keinginan dunia. Ia hanya mengambil yang dibutuhkan pribadinya secara cukup, sementara sisanya didedikasikan untuk orang lain. Hingga akhir hayat, ia memegang prinsip tersebut dan jasa-jasanya akan selalu dikenang di hati para pasien serta kolega. Selamat jalan dokter Lo Siaw Ging.