Mohammad Fajri pria obesitas 300 kg asal Tangerang menjadi kasus kesekian yang menggemparkan Indonesia. Lebih ironis lagi, karena selama ini tetangga sudah membujuknya ke RS tetapi ia tidak mau.
Hal ini kemudian membuat kondisi pemuda usia 26 tahun tersebut semakin parah sehingga tidak bisa berpindah dari tempatnya sendiri. Selain itu, ia mengalami depresi yang menjadikannya makin tertutup dan depresi.
Aksi penyelamatan Mohammad Fajri pria obesitas 300 kg pun berlangsung dramatis, karena butuh beberapa orang untuk bisa memindahkan dari tempat tinggalnya dan mengevakuasi ke RSCM. Ini jawaban mirisnya ketika ditanya mengapa sering menolak bantuan orang-orang.
Fajri pria obesitas 300 kg tidak mau merepotkan banyak orang
Kendati mengalami kondisi depresi yang membuatnya lebih tertutup. Fajri masih sering berkomunikasi dengan tetangga yang rutin memperhatikan dan menawarkan bantuan Ia adalah Pak Herman yang beberapa kali membujuknya.
Salah satunya adalah ketika Fajri mengalami kecelakaan sehingga membuat beberapa bagian tubuhnya cidera. Herman menawari untuk membawanya ke fasilitas kesehatan, tetapi pemuda itu menolak halus. Alasannya adalah karena ia menyadari badannya sangat besar sehingga pasti akan merepotkan banyak orang.
Kendati demikian, Herman bukan sekali dua kali tetap membujuk Fajri agar mau memeriksakan dirinya. Namun keterlanjuran mengalami obesitas ekstrem membuat kondisinya berlarut-larut dan makin parah hingga tak bisa berdiri atau bangun sendiri.
Mulai mengalami keluhan hingga sampai ke RT setempat
Beberapa waktu ke belakang sebelum akhirnya warga mengevakuasi, Fajri mulai mengeluhkan tubuhnya yang selalu ngilu setiap malam. Akhirnya kabar ini terhubung hingga ke perangkat RT setempat. Warga pun bahu membahu membantu menyiapkan beberapa keperluan Fajri sebelum evakuasi ke rumah sakit.
Di antaranya adalah menyiapkan sarung yang dijahit sambung agar bisa menjadi pakaian ganti dan penutup selama Fajri di rumah sakit. Akhirnya apa yang Fajri khawatirkan sebenarnya tidak benar-benar menjadi masalah, karena banyak yang berusaha membantunya.
Terutama ketika proses pemindahan yang memang tidak mudah. Bobot tubuh pemuda yang mencapai 300 kg itu tidak bisa hanya 2-3 orang saja dan memerlukan prosedur tertentu menggunakan forklift untuk bisa mengangkutnya.
Selain itu, Fajri perlu diangkut ke dalam mobil bak terbuka agar bisa muat dan diangkut ke rumah sakit. Proses pemindahan yang cukup rumit dan membutuhkan tenaga banyak orang tersebut berlangsung selama kurang lebih 9 jam sejak jam 8 pagi. Sehingga baru selesai pukul 5 sore.
Lebih berat dari penanganan Arya Permana
Bila menilik kembali kasus obesitas di Indonesia, kita pernah memiliki Arya Permana. Bocah yang saat dirinya masih 10 tahun sudah memiliki bobot sebesar 193 kg. Saat itu, penanganannya juga mendapat perhatian khusus dari masyarakat dan juga sosok Ade Rai. Akhirnya Arya terselamatkan dan kini lebih bugar setelah mendapatkan terapi, penanganan dan juga dukungan olahraga dari para ahli.
Sedangkan untuk kasus Fajri, agaknya membutuhkan usaha yang lebih besar. Sebab selain bobotnya nyaris 2 kali lipat dari Arya, juga ada berbagai aspek yang perlu tim medis sesuaikan. Namun banyak pihak yang juga tergerak untuk membantu Fajri agar bisa pulih kondisinya.
Pria obesitas 300 kg mendapat penanganan dari RSCM
Penanganan Fajri langsung dengan tim dokter dari RSCM yang melakukan observasi dari segi psikis dan juga fisik. Hal ini karena obesitas memang kerap kali berhubungan dengan latar belakang perilaku dan faktor-faktor lain yang berpengaruh pada gaya hidup pasien.
Lies Dina Liastuti selaku Dirut RSCM menjelaskan bahwa Fajri memiliki riwayat kondisi depresi dan saat ini timnya mencoba mendalami hal tersebut. “Pasien hanya tinggal berdua dengan ibunya. Sejak kecelakaan dia memang hanya tinggal di rumah, di satu ruangan yang cukup tertutup, kemungkinan kondisi ini yang memicu dia jadi stres hingga depresi,” ujarnya seperti melansir dari CNN.
Ternyata faktor ini juga saling berkaitan. Di mana akibat obesitas ekstrem yang ia alami, membuat Fajri ‘kehilangan momen’ untuk bisa bersosialisasi dan bertemu dengan manusia lain selain ibu dan tetangga dekatnya. Fajri pun tak berinteraksi dengan teman-teman sebaya yang berpengaruh pada kondisi mentalnya.
Hal ini juga makin meningkatkan dorongan untuk makan alias menjadi ‘pelarian’ Fajri karena tidak ada teman berkomunikasi, tukar pikiran dan berkeluh kesah. Oleh sebab itu perilaku ini mendukung perburukan kondisinya.
BACA JUGA: Tentang Operasi Potong Lambung yang Bikin Melly Goeslaw hanya Bisa Makan Dua Sendok
Kasus Fajri pria obesitas 300 kg ini menjadi salah satu perhatian dan juga pelajaran akan perlunya kepedulian sosial serta kesehatan. Paemuda tersebut awalnya khawatir akan merepotkan banyak orang. Namun pada akhirnya justru warga bahu membahu menolongnya. Semoga lekas membaik Fajri.