Manusia tumbuh dewasa ternyata dengan inner child di dalam dirinya. Yakni sisi kekanakan dalam diri yang bisa jadi masih belum sempat mendapatkan penyelesaian di masa lalu.
Kondisi ini mulai terjadi ketika kita berusia 5 atau 7 tahun, di mana saat itu seorang anak sudah mulai bisa menyimpan memori atau ingatan masa kecil mereka. Baik itu pengalaman yang baik maupun yang kurang baik dari sisi internalisasi diri atau yang mereka lihat di sekitar.
Nah, yang menjadi bagian dari inner child adalah pengalaman buruk yang menimbulkan trauma, kesedihan, penyesalan atau juga belum terlampaui hingga mereka dewasa. Dengan kata lain, hal ini terjadi karena adanya perasaan terluka seperti perasaan terancam, takut, terintimidasi hingga kebutuhannya belum terpenuhi.
Dampak inner child
Kondisi ini ternyata bisa berpengaruh pada kepribadian dan keseharian seseorang. Di antaranya adalah membuat mereka mengalami kesulitan tertentu di hubungan sosial, dengan keluarga, menghadapi kesulitan atau masalah hingga sulit mengambil keputusan.
Namun jangan khawatir, karena sejatinya si anak kecil dalam diri kita ini ternyata bisa kita pulihkan. Cara-caranya bisa mulai dari yang paling mudah, hingga membutuhkan bantuan ahli.
Memahami jenisnya
Ada 4 jenis inner child yang bisa terjadi pada seseorang. Luka yang terjadi itu bisa berupa abandonment wound, guilt wound, neglect wound, dan trust wound.
Abandonment umumnya terbentuk dari pengalaman perpisahan dengan orang terdekat saat masih kanak-kanak, misalnya perceraian orang tua. Guilt wound terjadi ketika seorang anak dulunya kerap mendapatkan sanksi atau hukuman yang berlebihan atas sebuah kesalahan.
Neglect wound adalah ketika kebutuhan seperti perhatian kurang terpenuhi, seperti pengabaian, kurang didengarkan hingga tidak benar-benar dimengerti. Trust wound seperti namanya, berhubungan dengan terbentuknya luka sehubungan dengan rasa percaya. Misalnya mengetahui orang tua berselingkuh, atau orang tua mengingkari janji pada anaknya.
Cara mengatasi inner child
Semua luka masa kecil di atas nantinya akan muncul lagi dan berpengaruh pada diri kita yang sudah dewasa. Perlu diketahui bahwa hal ini bukan penyakit mental, hanya merupakan tahapan yang umum terjadi pada setiap orang.
Ada beberapa cara untuk mengatasinya, tetapi yang paling utama adalah menyadari dan mengakui keberadaan perasaan itu. Sebab sebagai manusia dewasa, ada kalanya menguatkan diri seolah semua baik-baik saja, padahal luka masa kecil mereka masih ada. Hal ini bisa aneka macam bentuknya.
Misalnya sering meminta maaf, merasa kepercayaan diri rendah, sulit membangun komitmen atau percaya pada orang lain. Nah, kita perlu mengakui perasaan ini sebagai bagian dari diri sendiri lebih dulu.
Setelahnya, metode terbaik adalah melakukan refleksi pikiran dan perbuatan atau meditasi. Cara ini bisa kita lakukan secara rutin 2-3 kali seminggu atau sesuai intensitas luka batin tersebut. Dengan demikian, kita akan memiliki kemampuan untuk lebih menyadari kelemahan dan tidak menjadi reaktif ketika hal tersebut terjadi.
Perlahan-lahan, inner child ini akan sembuh dengan sendirinya karena kita bisa menerimanya sebagai bagian yang sudah berlalu. Cara lainnya yang bisa dicoba adalah menulis atau melukis sebagai bentuk ekspresi atas apa yang masih berkecamuk dalam luka masa kecil kita.
BACA JUGA: Skena Adalah Istilah Gaul yang Sedang Viral, Ini Artinya
Inner child merupakan salah satu fase yang akan kita lalui dalam hidup. Tidak perlu menolak atau meniadakannya. Malah perlu menghadapinya, supaya bisa move forward dalam menjalani hidup.