Di usia 36 tahun, Ryansyah jadi milenial sukses dari bisnis wajan alumunium yang ia geluti. Padahal latar belakang pendidikannya tidak relevan, sebelumnya pun ia sudah menikmati pekerjaan sebagai karyawan.
Namun bagi pemuda satu ini, ia tidak ingin berhenti dengan pencapaian yang melekat pada dirinya semata. Melainkan juga ingin bermanfaat bagi orang sekitarnya. Bisnis yang ia geluti kini beromset renyah hingga setengah milyar per bulan. Tak hanya itu, menyerap banyak warga lokal menjadi karyawan.
Inilah kisah sukses bisnis wajan si anak muda yang bukan hanya mengubah nasibnya sendiri, tapi juga sumber daya manusia di sekelilingnya.
Karyawan properti terbesar sebelum bisnis wajan

Ryansyah atau yang akrab panggilannya sebagai Ryan, melupakan lulusan Fakultas Seni Desain Bangunan di ITB. Kendati masuk perguruan tinggi bergengsi, ia sebenarnya berangkat dari keluarga yang non-privillege. Untuk bisa meraih kelancaran pendidikan dan pekerjaannya, Ryan hanya berusaha untuk bisa berprestasi dan ranking di sekolah.
Setelah lulus kuliah, ia pun bekerja sebagai karyawan di perusahaan Agung Podomoro Group. Namun kemudian dengan tekad menjadi manusia yang bermanfaat, Ryan pun memutuskan untuk menjajal sebuah jalan baru yang pada awalnya tak ia kuasai sama sekali, yaitu bisnis wajan.
Mengelola Pabrik Wajan Bintang Aluminium
Ryan memang tidak merintis sendiri usaha pabrik wajannya. Namun hal itu bukan masalah. Prinsip yang ia pegang, mau kerja dengan orang lain atau memiliki usaha sendiri, yang penting adalah tetap lakukan sebaik-baiknya.
Kendati tak ada background sebagai pebisnis sama sekali, ia tetap mencoba membantu pengelolaan Pabrik Wajan Bintang Aluminium yang berdiri sejak 1979 di era sang kakek. Ternyata justru di tangannya, salah satu pabrik yang ia handle makin berkembang. Sejak saat itu, ia membantu pengelolaan beberapa anak pabrik lainnya sampai sekarang,
Menyerap banyak tenaga kerja

Pabrik Wajan Bintang Satu ini masih cukup banyak menggunakan tenaga manusia. Padahal bisa saja menggunakan teknologi yang lebih canggih sehingga menghemat lebih banyak cost. Namun, esensi dari bisnis yang Ryan inginkan justru di sini.
Dengan menggunakan sumber daya manusia, maka bisa memberikan manfaat dan mata pencaharian bagi warga sekitar. Pabriknya kini sudah menyerap sekitar 65 orang dengan status beragam. Ada yang bekerja penuh waktu, paruh waktu atau pekerja lepas. Mereka menjadi aset Ryan yang akhirnya bisa menghasilkan 1-1,5 ton wajan per batch produksi hariannya.
Omset yang membahagiakan dari bisnis wajan
Mengelola industri dan menjalankan bisnisnya bukan selalu mulus-mulus saja. Tentu saja ada tantangan yang bikin ketar-ketir. Memangnya ada yang beli wajan alumunium di tengah banyaknya produk teflon dan anti lengket dan produk luar negeri?
Well, nyatanya dari pabrik ini, Ryan dan tenaga kerjanya membantu memenuhi kebutuhan dan permintaan di luar Ciamis, dari berbagai daerah di Jawa, Sumatera, Bali, Sulawesi hingga Kalimantan. Namun per bulannya, paling sedikit Ryan masih bisa meraup Rp 200 juta. Sedangkan bila permintaan sedang tinggi, ia bisa menghasilkan sampai setengah milyar.
Kuncinya adalah menembak target market yang sesuai, sehingga bisa mendapatkan order yang mengalir deras dan lancar. Apalagi tidak semua orang mau menggunakan wajan modern. Entah faktor harga, preferensi atau prinsip masak mereka.
Yakin bahwa pendidikan itu tetap penting

Mengantongi gelar sarjana dari perguruan tinggi bergengsi, Ryan berprinsip bahwa sebenarnya hal tersebut adalah ‘kemasan’ saja. Bukan untuk kebanggaan, tetapi tidak mengesampingkan bahwa pendidikan itu sangat penting.
Memang ada banyak orang besar tidak tamat sekolah. Namun menurut Ryan, presentasinya sangat kecil. Nah, dengan memiliki ‘kemasan’ sebagai insan berpendidikan, bisa meminimalisir risiko untuk tidak sukses. Sebab kita jadi terlihat valid di mata orang lain untuk menjadi SDM yang bisa dipercaya dan diandalkan.
Seimbang, adalah satu kata yang mewarnai perjalanan Ryansyah. Keseimbangan mempelajari masa lalu dan mengusahakan sukses di masa kini. Proporsi sesuai antara keinginan untuk sukses dan mapan, tapi juga tetap bermodal pendidikan yang tuntas.
BACA JUGA: Kisah Warteg Kharisma Bahari bikin Warung Pinggiran jadi Naik Kelas
Selain itu yang penting, bisnis wajan satu ini tidak menyerah dengan pencapaiannya. Bukan hanya dia yang sukses, tapi juga bisa berdampak untuk orang-orang di sekitarnya. Itulah sejatinya, bisnis yang keren.