Puncak gunung Everest tampak penuh sampah dalam sebuah unggahan video, hampir mengingatkan dengan kondisi Gunung Bromo saat penuh turis. Hal ini menjadi sebuah pemandangan miris karena meski menjadi destinasi populer, harapannya para pendaki juga merupakan orang-orang yang peduli lingkungan.
Gunung yang menjadi kesakralan bagi warga Nepal ini memang merupakan salah satu tujuan pendakian paling digemari oleh pendaki sejati. Sebab karena menjadi titik tertinggi di dunia, juga tantangan dan pemandangannya yang luar biasa.
Namun bagaimana ketika Puncak Everest harus menanggung sampah sisaan pendaki hingga nyaris 200 kg? Berikut ini ulasannya.
Pos keempat jadi lokasi camp paling kumuh
Sebagaimana lokasi pendakian, ada beberapa pos yang di antaranya populer menjadi lokasi camping para pendaki. Lokasi yang tampak paling menonjol adalah pos keempat South Col, di mana lokasi ini kerap jadi andalan untuk menjadi tempat camping sebelum summit attack ke puncaknya.
Karena cukup banyak mendapat hempasan angin, tidak banyak akumulasi salju di tempat tersebut. Namun juga terlihatlah tabir kekumuhan yang menjadi jejak orang-orang setelah bermalam di sana. Di antaranya alat masak, tenda, pembalut wanita, hingga peralatan makan.
Kemungkinan besar sampah-sampah itu sengaja ditinggal karena enggan membawa banyak barang atau sudah kelelahan. Walhasil South Col yang merupakan lembah antara Lho La Pass dan puncak Everest, menjadi pemandangan yang sangat miris.
Bahkan sepintas mirip kondisi lokasi Bromo saat sedang tinggi pengunjung dan menghasilkan banyak sampah. Tenzi Sherpa yang mengunggah video tersebut adalah seorang trekking guide dan juga sesama pendaki. Namun ia menyayangkan sekali sudah sekian lama dan seringnya melihat kelakuan pada pengunjung yang mendaki tetapi tidak memiliki kesadaran dan empati yang sama terkait kondisi lingkungan di sana.
200 kg sampah diangkut dari lokasi
Mengapa permasalahan sampah ini begitu miris? Selian karena penampakannya yang nyata dengan begitu banyaknya sisa barang pendaki, juga karena setelah dibersihkan, total sampah yang ada jumlahnya mencapai 200 kg.
Atas kondisi ini, Tenzi berharap penegakan sanksi atas perbuatan yang merusak dan merugikan alam ini segera diberlakukan. Hal ini karena sampah yang ada sudah bukan lagi yang bisa kita pungut, tapi sudah mirip dengan tempat pembuangan akhir.
Sebenarnya, sudah ada kampanye bernama Clean Mountain atau gunung bersih sejak sekian lama. Tujuan dari campaign ini tentunya supaya para pendaki lebih bertanggung jawab dan tidak meninggalkan sampah sembarangan di sana.
Namun karena hal ini sepertinya tidak cukup, sehingga perlu aturan yang lebih ketat lagi. Adapun peraturan deposit sampah sebanyak USD 4ribu atau setara dengan Rp 60 juta sudah diadakan. Namun nampaknya hal ini tidak benar-benar bisa membantu karena petugas sendiri kesulitan bila harus memantau lokasi camp yang setinggi 8 km jauhnya.
Merawat Gunung Everest dan pendakian manapun
Melihat merek pada barang-barang yang tertinggal di gunung tersebut, sebenarnya termasuk barang bergengsi yang pasti pemiliknya mengenyam pendidikan. Selain itu, kebanyakan penjelajah yang ingin menaklukkan Everest berasal dari berbagai belahan dunia.
Meski mungkin bukan menjadi warga negara asli Nepal yang ada di sana, tetapi sudah seyogyanya untuk bertanggung jawab dan merawat lokasi yang kita singgahi. Termasuk konsekuensi terhadap bawaan dan sampah sendiri, sehingga tidak merugikan dan merusak kondisi lingkungan di Gunung tersebut.
BACA JUGA: Video Lumpur Lapindo yang Masih Menyembur Kini, Sunyi dan Bikin Merinding
Pendakian memang menjadi salah satu cara orang-orang masa kini untuk menyepuh kembali jiwa dan tubuh mereka dengan energi baru. Namun di manapun itu, baik Gunung Bromo ataupun Everest dan puncak lainnya, seyogyanya untuk tetap menjaga mereka sebagai situs pendakian yang nyaman dan lestari bagi bersama.