Usaha toko kelontong masih memiliki tempat di hati banyak masyarakat. Selain membantu perekonomian sekitar, pengelolanya tidak butuh modal besar untuk bisa memulai bisnis tersebut.
Bahkan dua orang ibu rumah tangga (IRT) menceritakan bagaimana memulai usaha toko kelontong telah menyelamatkan perekonomian keluarganya. Tak hanya itu, modal awal mereka bisa kembali 2 hingga 3 kali lipat per harinya. Simak kisah inspiratifnya berikut ini.
Apa itu toko kelontong SRC?
Usaha toko yang menjual kebutuhan masyarakat seperti ini cukup marak di pemukiman warga. Namun yang membedakan adalah toko kelontong SRC yang merupakan kependekan dari Sampoerna Retail Community, seperti namanya terbentuk dari komunitas sekumpulan toko yang ingin bertahan di tengah terjangan minimarket.
Salah satunya dengan meng-upgrade sistem pembayaran manual ke digital. Kemudian juga mempercantik visual toko menjadi lebih terkonsep dan menarik. Di samping itu juga kelengkapan produk dan juga edukasi kepada pengelola toko sehingga mereka sudah lebih sigap untuk mengoperasikan dan melayani pembeli dengan SOP yang seragam.
Kisah nyata ibu rumah tangga cuan besar dari jalani bisnis kelontong
Sudah banyak contoh nyata dampak positif usaha retail berkomunitas ini di masyarakat. Di antaranya adalah kisah ibu Vero dan Ibu Retno yang tadinya sama-sama merupakan ibu rumah tangga. Sudah bukan rahasia bahwa menjadi IRT memiliki tantangan sendiri karena harus membagi waktu dan energi.
Namun kedua wanita ini memiliki tekad yang besar untuk bisa membantu perekonomian keluarganya, apalagi dengan kondisi kesulitan dan keterbatasan masing-masing. Membuat keduanya menantang diri sendiri meski dengan modal yang tidak sampai 7 juta rupiah.
Hal ini mereka kisahkan pada Ketua Kadin Arsjad Rasjid yang memang antusias dengan semangat orang-orang untuk berdagang. Apalagi ketika kedua ibu rumah tangga ini menceritakan bagaimana mereka berusaha mengikuti perkembangan masa kini. Seperti masuknya sistem-sistem digital dalam pemasaran produk dan pembayarannya.
Bukan hal mudah bagi generasi yang sudah berusia di atas 35 tahun untuk bisa dengan cepat mengikuti perkembangan tersebut. Namun keduanya tidak menyerah, berusaha fokus dalam mengejar target supaya usahanya bisa berkembang.
Dari modal kurang dari Rp 5 juta, kini kembali > Rp5 juta per hari
Toko kelontong SRC memang memiliki standar yang terpadu dan pembekalan yang memudahkan mitranya mengembangkan usaha sendiri. Bu Retno dan Bu Vero sama-sama memiliki harapan agar usaha tersebut bisa berkembang semakin luas.
Misalnya Bu Retno yang merasakan merintis usaha dari nol, ia ingin usaha ini bisa memiliki cabang dan menjadi warisan usaha bagi keturunannya kelak. Bukan tidak mungkin karena ia sendiri modal awal sekitar Rp 5-7 juta dengan omsetnya masih di bawah 1 juta sebelum bergabung dengan SRC. Kini dengan dukungan komunitas ritelnya, setidaknya per hari omset itu kembali sejumlah modal awal Bu Retno.
Lain lagi dengan Bu Vero yang berawal dari meneruskan usaha keluarga. Namun saat itu modal di tangannya sangat minim untuk mengembangkan tokonya. Belum lagi saat itu ia baru saja melahirkan anak, sehingga butuh usaha lebih untuk bisa bertahan. Namun dengan adanya SRC ini, kini Bu Vero tinggal kipas-kipas menanti omset Rp 9 juta masuk ke cashflownya.
Toko kelontong yang percaya diri di antara gempuran minimarket
Yang mengesankan adalah sikap optimis dan semangat keduanya dalam menjalankan usaha ritel tanpa kekurangan rasa PD. Bagaimana tidak, membeli sebotol air mineral saja sudah bisa menggunakan QRIS dan e-wallet. Memudahkan generasi muda yang meski gaya hidupnya tinggi, tetapi kadang budgetnya masih pas-pasan untuk bisa berbelanja santai dan keren di toko kelontong kekinian itu.
Bu Retno dan Bu Vero berpesan agar kita lebih termotivasi untuk melakukan transaksi belanja di toko kelontong, karena kini makin canggih dan tidak kalah dari minimarket yang ada. Selain itu, dengan melakukannya akan bisa saling tolong menolong memperkuat perekonomian sekitar.
BACA JUGA: Sempat Susah Beli Beras, Single Mother Berhasil Bisnis Sagon Bakar sampai ke Jerman
Ya, kini toko kelontong memang sudah tidak lagi ketinggalan jaman. Selain tetap mewadahi kebutuhan dengan harga ramah di kantong rakyat, tetapi bisa mengikuti perkembangan dan persaingan terhadap kompetitor yang lebih besar. Maju terus UMKM dan pedagang Indonesia.