Belakangan ini nama Tresnany Moonlight jadi sorotan, terutama di kalangan para psikiater, psikolog hingga mereka yang menjadi penyintas gangguan psikologis. Tak hanya itu, banyak juga warganet yang jadi ikut gemas menyimak kontroversinya.
Sebelumnya, Tresnany dikenal sebagai salah satu youtuber dan influencer yang mengedukasi tentang spirituality dan energi dalam diri. Ia bahkan telah menjadi International Certified Coach untuk LOA Namun, belakangan ini ia sempat menyebutkan statemen kontroversial sehingga mengundang reaksi publik.
Tresnany Moonlight banyak berikan afirmasi positif
Sebelumnya, sosok yang berasal dari Jakarta tetapi kemudian merantau dan tinggal di Bali ini, memang dikenal sebagai mentor spiritual dan sering memberikan afirmasi positif, terutama kepada followersnya. Kebanyakan yang ia suguhkan di feed media sosial atau Youtubenya adalah mengedukasi tentang Law of Attraction, masculine & feminine energy, self help untuk masalah batin dan psikis, serta spirituality.
Selain edukasi, Tresnany kerap membagikan pengalaman pribadinya sampai mendapatkan spiritual awakening. Di antaranya adalah bagaimana ia mengatasi kecemasan dan dirinya yang dulu masih ada di fase low vibration, atau sering merasa down, pesimis dan sedih. Kisah personal dan edukasinya ini ternyata berhasil menyentuh orang-orang yang memiliki kesamaan dengannya.
Perempuan tersebut akhirnya juga membuka kelas dan menjual e-book untuk siapapun yang membutuhkan edukasinya. Di laman media sosialnya, Tresnany kerap mendapat respon positif dan banyak orang mengikuti metode yang ia sampaikan, bahkan di antaranya merasa berhasil dengan cara tersebut.
Menyebutkan antidepresan tidak worth it
Perempuan yang memiliki nama asli Wening Tresnani ini sempat menyebutkan bahwa obat anti-depresan tidak worth it atau tidak memberikan efek yang sebanding dengan uang yang kita keluarkan. Di mana efeknya hanya sementara, kemudian penggunanya akan kembali mengalami gejala dan kondisi seperti sebelumnya.
Pernyataan tersebut kemudian segera dicounter oleh beberapa orang yang memang berada di bidang psikilogi, psikiatri dan mengenal obat-obatan. Salah satunya adalah dr. Vivi Sjarif Sp.KJ yang memang sering mengedukasi warganet di Tiktok tentang kesehatan mental.
Vivi berharap agar Tresnany tidak membuat followersnya yang sampai jutaan tersebut salah kaprah dengan obat untuk depresi. Sebelumnya, dr. Vivi meluruskan bahwa yang dimaksud dari video Tresnany sepertinya adalah obat kecemasan yang memang efeknya lebih cepat untuk relaksasi. Hal ini karena dianggapnya influencer spiritual coaching tersebut berbicara yang bukan bidangnya.
Obat yang dikeluarkan untuk pasien sudah melalui penelitian ilmiah
Sedangkan dalam penjelasan Vivi berikutnya, memaparkan bahwa obat anti depresan memiliki beberapa jenis. Di mana setiap pemberiannya sudah disesuaikan jenis dan peruntukannya. Selain itu, obat-obat ini sudah melalui riset klinis yang terstandar, bukan hanya testimoni, pengalaman atau pendapat saja. Di mana telah terbukti bisa menurunkan gejala depresi ke tahap yang lebih berat.
Salah satunya obat jenis SSRI yang digunakan untuk meningkatkan level serotonin pada subjek yang mengalami depresi. Selain itu, pendekatan pada pasien tidak hanya terbatas pada obat, tetapi bisa melalui metode lainnya seperti psikoterapi. dr. Vivi juga menyebutkan bahwa ada beberapa pendekatan yang dilakukan Tresnany juga ada di pendekatan terapi psikologi, hanya berbeda istilah saja.
Dengan kata lain, obat memang tidak 100 persen menyembuhkan, tetapi dr. Vivi mengkhawatirkan statemen Tresnany bisa menyebabkan pandangan yang salah tentang obat antidepresan. Sebab sudah banyak orang yang terbantu dari jurang ingin mengakhiri hidup atau kehilangan relasi dengan sekitarnya, akhirnya bisa terbantu dengan pendekatan, salah satunya adalah obat.
BACA JUGA: Viral Video Guru BK Ditegur Anggota DPRD Bali, Dibalas Dosen dengan Ini
Intinya, tidak ada yang salah dengan pengobatan alternatif, self healing dan sejenisnya. Namun, tidak ada yang salah juga dengan pengobatan medis yang telah teruji secara klinis. Penanganan juga tergantung dari level keparahan kondisi masing-masing pasien, sehingga ada yang kadang membutuhkan kombinasi keduanya.