Sejahat-jahatnya manusia, saat ia menitikkan air mata dari dalam lubuk hatinya, maka sesungguhnya nurani itu masih ada. Termasuk para narapidana di balik jeruji besi yang tengah menebus kesalahan mereka di masa lampau.
Di masyarakat, stigma terhadap napi tentulah negatif. Terlepas dari apapun penyebab mereka masuk ke sana. Meskipun mungkin ada yang karena fitnah, karena menanggung kesalahan orang lain hingga yang memang telah merugikan warga lainnya.
Namun di antara semua medium berintrospeksi, kadang hal tersebut ada pada sebuah film. Salah satunya film adaptasi Miracle in Cell No.7 yang rilis di Indonesia 2022 dengan sutradara Hanung Bramantyo. Film apa itu dan mengapa para penghuni Lapas Kelas 1 Makassar sampai tidak sanggup menontonnya dan menitikkan air mata?
Film tentang ayah berkebutuhan khusus yang masuk penjara
Korea Selatan memang menjadi salah satu jagonya dalam membuat film sentimental menyentuh hati. Tak jarang merupakan kisah yang benar-benar melalui riset dari kejadian nyata. Miracle in Cell No. 7 sebenarnya merupakan produksi dari Korea Selatan dan tayang tahun 2013.
Namun kesuksesan film itu membuatnya menjadi adaptasi di beberapa negara. Kisahnya adalah tentang seorang ayah yang berkebutuhan khusus dan memiliki satu orang anak perempuan yang masih kecil. Sayangnya, nasib malang membuatnya harus masuk ke kehidupan penjara yang keras.
Putrinya baru mengetahui hal itu ketika sang ayah tidak pulang-pulang ke rumah. Beradaptasi dengan kehidupan penjara yang tidak mudah, akhirnya ayah tersebut berteman baik dengan sesama rekan tahanannya. Mereka membantu menyelundupkan putrinya ke dalam sel agar bisa bertemu dengan sang ayah kembali.
Keterbatasan sang ayah yang menjadi korban salah sasaran hukum, serta lika-liku hidupnya dengan sang putri inilah yang berhasil menggugah hati para narapidana.
Nonton bareng hingga ada yang menangis
Sejumlah narapidana nobar film yang cukup erat kaitannya dengan kehidupan mereka tersebut. Awalnya mereka nampak santai dan menikmati sesi tersebut, karena nobar sambil lesehan. Namun seiring cerita film ini bergulir, satu per satu mulai menatap nanar dan kelu pada layar yang mereka saksikan.
Seolah kisah ini sedikit banyak bisa merepresentasikan apa yang mereka alami. Bahwasanya mereka adalah anggota keluarga, mungkin ayah, mungkin anak, mungkin suami, mungkin saudara.
Karena kesalahan yang mereka lakukan baik sengaja atau tidak, hal itu memisahkan mereka dari keluarga. Dan bahwa selesai masa hukuman nanti, sedikit banyak berharap bahwa mereka yang di rumah masih menantikan dan menyambut mereka kembali.
Kalau kata generasi sekarang, film tentang keluarga memang punya ādamageā yang luar biasa. Apalagi bagi mereka yang memang mengalami permasalahan atau pengalaman pelik dalam hidupnya.
Netizen ikut terharu
Dokumentasi nobar yang mengharukan ini kemudian tayang di TikTok dan mendapat simpati dari netizen. Salah satu respon netizen yang cukup menggugah adalah, “Titik terendah seorang laki-laki adalah penyesalan dia sendiri.ā
Itulah mengapa, terkadang manusia memang perlu bertemu dengan momen pencetus yang mampu merefleksikan dirinya serta hidupnya sendiri. Terlepas dari apakah situasinya sebagai narapidana atau orang biasa. Untuk mengembalikan atau bahkan menemukan kembali diri kita yang lebih baik, yang menyadari kesalahan dan punya keinginan untuk memperbaiki keadaan.Ā
BACA JUGA: Video Haru Ibu Tunggui Anaknya Melamar Kerja dari Pagi Sampai Sore, Akhirnya Diterima
Semoga dengan aktivitas positif semacam ini, bisa sedikit banyak berdampak pada masyarakat lapas tersebut. Sehingga bisa benar-benar kembali menjadi manusia yang memperbaiki diri, lepas masa tahanan nanti.