Saat ini screen time adalah aktivitas yang bisa mendominasi kehidupan sehari-hari dan ternyata punya risiko tinggi. Ya, kendati penggunaan smartphone dan gadget sudah menjadi bagian pekerjaan atau aktivitas, efek sampingnya sudah mengintai bila kita tidak waspada.
Apa saja yang termasuk sebagai screen time dan seperti apa ancaman bagi kapasitas berpikir serta emosi kita? Berikut ini penjelasan ilmiahnya.
Screen time adalah waktu kita di depan layar
Secara harfiah, screen time merupakan waktu yang kita habiskan di depan layar seperti laptop, smartphone, komputer atau bahkan televisi. Kondisi ini sebenarnya bisa menjadi produktivitas bagi mereka yang belajar atau bekerja menggunakan gadget. Namun ternyata, bisa menjadi ancaman ketika penerapannya sudah tidak seimbang.
Hal ini berlaku baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Hal ini sudah sempat kita bahas bagaimana gen Z dan milenial kini mulai menyadari betapa kemampuan fokus mereka jauh menurun karena sering berinteraksi dengan konten singkat dalam durasi yang lama. Misalnya menonton TikTok dan Reels Instagram hingga berjam-jam.
Faktor risiko pada anak usia dini yang dibekali gadget
Kehidupan masa kini membuat banyak orang tua juga ikut menyesuaikan diri dengan perubahan. Walhasil, kadang tidak cukup waktu untuk bisa selalu ada di samping anak dan membekali mereka dengan gadget. Atau karena anak baru bisa tenang ketika bermain gim di smartphone.
Sudah banyak anjuran dan edukasi mengenai risiko mendatang bila hal ini menjadi kebiasaan. Namun demikian, memang parenting yang makin menantang di era modern ini, membutuhkan kombinasi aktivitas fisik dan gadget untuk bisa saling melengkapi. Kuncinya adalah di pendampingan orang tua dan porsi bermain gadget yang diberikan.
Screen time berlebihan pada anak menurut studi yang dipaparkan oleh dr. Mesty Ariotedjo Sp.A, MPH, bisa meningkatkan gangguan emosi sebesar 30% di masa mendatang. Di mana ini meningkatkan potensinya untuk menjadi lebih agresif.
Screen time meningkat sejak pandemi
Pandemi menjadi titik balik banyak hal, termasuk screen time dan pergeseran gaya hidup saat ini yang banyak tergantung pada aktivitas online. Misalnya saat sekolah, kuliah dan bekerja harus via daring, menyebabkan waktu bertatapan dengan gadget ini lebih banyak dibanding sebelum pandemi. Mau memesan makanan atau belanja juga banyak dilakukan dengan online daripada ke store.
Kebiasaan ini berjalan beberapa tahun dan tanpa terasa telah menimbulkan dampak seperti attention span atau rentang perhatian yang makin rendah. Kita mulai malas membaca buku yang penuh tulisan dan lebih suka konten video 1 menitan. Bila dalam 5 menit kita membaca buku untuk memahami dan mendalami 1 hal saja. Maka di medsos 5 menit itu bisa saja terdiri dari 5-10 video dengan topik yang berbeda.
Inilah yang kemudian menyebabkan fokus kita menurun. Selain itu, aktivitas berlama-lama dengan smartphone, medsos atau gim di gadget bisa menyebabkan ketidakseimbangan emosional. Di mana kita mungkin lebih abai, mudah tersinggung, mudah marah, bahkan gangguan lain seperti insomnia.
Cara mengatasi efek buruk screen time berlebihan
Cara menanggulangi dampak screen time adalah dengan mengembalikan kebiasaan hidup setidaknya 60%-70% ke gaya hidup dasar sebelum kecanggihan ini mendominasi. Menurut pakar, anak di bawah 2 tahun tidak memerlukan gadget sama sekali. Sedangkan balita dari usia 2 tahun, hanya perlu 1 jam pada hari biasa dan 2 jam pada hari libur.
Anak-anak di atas 5 tahun waktu tatap layarnya mengikuti kebijakan orang tua. Namun, sebaiknya tidak mengganggu waktu studi dan aktivitas sehari-hari lainnya, seperti makan, tidur, olahraga dan bersosialisasi. Sedangkan orang dewasa, menurut Yalda T. Uhls, asisten profesor psikologi di UCLA, bisa mengalihkan ke konteks tontonan daripada durasi.
Misalnya, bila 1 jam untuk menonton sebuah film dokumenter, tentu dampaknya masih lebih baik daripada 1 jam untuk window shopping maupun bermedia sosial. Walaupun demikian, tetap batasi screen time kita dengan beberapa cara ini.
- Membatasi screen time dengan menggunakan aplikasi pemantau aktivitas di smartphone. Seperti FlipD, Forest atau Focus To Do.
- Evaluasi dari hasil aplikasi tadi untuk mulai menurunkan durasi bermedsos dan bergadget kita secara bertahap.
- Rancang kebiasaan selain menggunakan smartphone, contohnya membaca buku, berkebun, membereskan rumah, memasak, atau olahraga.
- Buat aktivitas di luar rumah yang lebih banyak mengandung interaksi sosial. Misalnya belanja ke pasar, ke toko buku, ikut komunitas, silaturahmi dengan teman.
- 60-90 menit sebelum tidur, sebaiknya tanpa gadget. Begitu pula setelah bangun tidur.
BACA JUGA: Mengenal Phubbing dan Efek Buruk Ketika Terlalu Fokus dengan Gadget
Itulah beberapa cara membatasi screen time dan mengembalikan siklus hidup kita lebih seimbang. Rasakan manfaatnya dalam sepekan, sebulan hingga kita mulai terbiasa untuk selalu menjaga waktu ideal dengan gadget.