Jalur zig zag pada ujian SIM sudah terkenal kerap kali menyulitkan dan membuat banyak peserta tidak lolos. Padahal di kenyataannya, jalur jalan raya cenderung lurus dan jarang tikungan. Para pengemudi pun umumnya dianjurkan untuk saling menjaga jarak.
Namun, ujian SIM jalur zig zag dan juga angka 8 yang sudah lama ada ini terbilang sangat rapat dan menyulitkan bagi mereka yang sudah biasa naik motor sekalipun. Hingga akhirnya beberapa waktu lalu, Kapolri Listyo Sigit memberikan kritik sendiri pada sistem ujian tersebut.
“Ya, karena kalau yang lolos dari situ (tes ujian SIM) pasti nanti lulus bisa jadi pemain sirkus,” ujar Kapolri Listyo Sigit. Oleh karena itu, ia meminta agar ada evaluasi dan peninjauan ulang atas model tes tersebut.
Gayung pun bersambut, akhirnya ada hilal bahwa Polres wilayah Bantul telah mengajukan konsep baru tes SIM agar tidak lagi menggunakan model angka 8 ataupun zig zag. Tidak asal, metode ujian ini juga telah melalui pembahasan dengan Pusat Studi Transportasi dan Logistik Universitas Gadjah Mada alias Pustral UGM. Saat ini konsep tersebut telah sampai ke level Mabes.
Memangnya seperti apa konsep dari pengajuan Polres Bantul ini? Rupanya hal ini sesuai dengan arahan yang Listyo Sigit sampaikan dalam kritiknya. Yakni membuat tes yang relevan dengan kondisi lapangan sebenarnya. Selain itu, Polres Bantul juga menambahkan metode yang membuat peserta uji akan lebih memahami rambu lalu lintas.
Hal ini cukup berdasar karena selama ini salah satu permasalahan yang sering terjadi adalah pelanggaran rambu, karena banyak pengemudi hanya paham dengan menyetir. Padahal rambu-rambu juga merupakan hal penting untuk kita pahami tak hanya secara teorits, tetapi juga disiplin saat praktek di jalan raya.
BACA JUGA: Sedih, Penipuan Berkedok Lowongan Kerja Malah Rugi Puluhan Juta
Belum ada bocoran mengenai bagaimana nantinya jalur yang akan dugunakan untuk ujian SIM. Namun kurang lebih, nantinya akan menggambarkan kondisi riil di jalan raya. Mudah-mudahan dengan demikian tidak menyulitkan ketika ujian SIM C bagi masyarakat, terutama mereka yang memang hitungannya masih pemula.