Berbagai video angin tornado yang berputar menyambar pabrik dan pemukiman di Rancaekek Bandung menyebabkan banyak orang terkejut. Pasalnya bencana badai paling sering terjadi adalah angin puting beliung.
Namun dengan adanya angin tornado kemarin, seolah memberikan sinyal bahwa perlu ada pemutakhiran dan penelusuran bagaimana pusaran angin raksasa yang umumnya terjadi di negara Barat tersebut bisa muncul di Indonesia.
Pusaran angin tornado terekam kamera amatir
Melansir dari media sosial X, kemarin banyak netizen yang berdomisili di Bandung, Jawa Barat, mengunggah fenomena angin besar yang masih dikira sebagai puting beliung. Bermula dari pusaran awan yang terlihat di udara dengan ujung mengerucut seperti gasing. Namun ternyata, angin ini menyambar dengan cakupan yang sangat luas.
Bahkan dari kejauhan, warga bisa merekam betapa tinggi dan besarnya angin tornado tersebut. Ternyata di daerah terdampak, angin sudah menerbangkan atap-atap rumah maupun pabrik. Dari rekaman yang beredar, tampak pusaran ini besar dan tinggi sampai ke langit, hampir seperti asap jamur akibat letusan bom atom. Di sekitarnya juga tampak benda-benda beterbangan.
Tentu saja hal ini membuat orang-orang yang menyaksikannya panik dan takut. Dalam beberapa rekaman terdengar suara orang-orang beristighfar dan menyebut nama Allah, ada juga yang terdengar berusaha menyelamatkan diri.
Angin puting beliung atau tornado?
Peristiwa pusaran angin ini masih menjadi pendalaman pihak terkait. Salah satunya adalah pakar klimatologi BRIN, Erma Yulihastin yang juga mengamati video-video kiriman warganet. Sebab menurutnya setiap video tersebut bisa menjadi bahan untuk meneliti lebih lanjut apakah ini memang tornado di Indonesia.
Sedangkan Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhan, menyebutkan bahwa istilah tornado lebih banyak digunakan di wilayah Amerika untuk menjelaskan fenomena angin di sana. Meski mirip secara visual, tentunya secara nama dan beberapa karakter memang berbeda.
Di Indonesia, kita lebih sering menyebutnya sebagai puting beliung. Oleh karena itu, Andri Ramdhan mengimbau pada pihak-pihak yang terkait untuk sebaiknya menggunakan istilah yang sesuai dengan daerah masing-masing. Supaya tidak menimbulkan kegaduhan dan kepanikan di masyarakat.
“Istilah tornado itu biasa dipakai di wilayah Amerika dan ketika intensitasnya meningkat lebih dahsyat dengan kecepatan angin hingga ratusan km/jam dengan dimensi yang sangat besar hingga puluhan kilometer, maka dapat menimbulkan kerusakan yang luar biasa,” kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG tersebut.
“Sementara itu, di Indonesia, fenomena yang mirip tersebut diberikan istilah puting beliung dengan karakteristik kecepatan angin dan dampak yang relatif tidak sekuat tornado besar yang terjadi di wilayah Amerika,” tambahnya.
Kecepatan puting beliung Rancaekek tidak sekuat angin tornado
Sementara itu, berdasarkan keterangan dari Kepala BMKG Bandung, Teguh Rahayu, tornado memiliki kecepatan melebihi 70 km/jam dengan dampak yang mencapai 10 km. Sementara itu, yang terjadi di Rancaekek kemarin masih di 36,8 km/ jam yang berdampak hingga radius 3-5 km saja. Dengan demikian, belum bisa dikatakan sebagai angin tornado. Hanya saja memang dampak kerusakan yang ditimbulkan kemarin terbilang cukup besar.
Hal ini sesuai dengan pantauan yang terekam di AAWS Jatinangor menurun keterangan lanjutan dari Teguh Rahayu. Dengan demikian hingga saat ini fenomena di Rancaekek masih belum bisa disebut dengan tornado bila meninjau dari beberapa aspek di atas.
BACA JUGA: Korban Tertimpa Pohon Tumbang 10 Ton di Australia Adalah Pelajar Indonesia
Namun demikian, memang tidak ada salahnya waspada dengan fenomena angin tornado mini atau puting beliung. Sebab bisa saja terjadi di masa puncak musim hujan ini.