Liburan di pantai jadi pilihan di pertengahan tahun ini. Namun, waspada sengatan ubur-ubur dan ketahui penanganannya. Kejadian yang baru-baru ini cukup ramai adalah di Pantai Parangtritis. Sejumlah pengunjung, terutama anak-anak, terkena sengatan ubur-ubur. Menyebabkan mereka merasa ngilu, luka, hingga bentol. Bahkan ada juga yang bisa mengalami sedikit syok seperti sesak nafas.
Ubur-ubur biru atau bluebottle merupakan jenis yang umum muncul di pesisir pantai pada musim tertentu, terutama di bulan Juli hingga Agustus. Warna dan bentuknya yang menarik, bisa membuat anak-anak ingin menyentuh mereka. Padahal di situlah letak bahayanya.
Spesies ini termasuk beracun bagi manusia. Umumnya, petugas pantai akan memberikan peringatan dengan pengeras suara, agar baik orang dewasa maupun anak-anak tidak sembarang menyentuh spesies laut tersebut. Tidak hanya di Parangtritis, tetapi juga di berbagai wilayah di pantai selatan yang sedang disambangi oleh hewan seperti balon mainan itu.
Cara mengatasi sengatan ubur-ubur
Apabila sampai terkena sengatan ubur-ubur, apa yang perlu kita lakukan? Beberapa warganet yang pernah mengalami kondisi ini berbagi pengalaman mereka. Apabila gejalanya ringan, kita cukup menghangatkan diri dengan minuman hangat dan membersihkan area yang terkena sengatan.
Namun untuk penanganan yang lebih baik, sengatan tersebut perlu disiram menggunakan air cuka. Tujuannya menetralisir efek dari sengatan yang akan terasa panas dan gatal tersebut.
Sejauh ini memang tidak ada laporan sengatan ubur-ubur yang sampai membahayakan nyawa. Meski demikian, tidak boleh abai karena ketika binatang ini datang dalam jumlah yang berkelompok, juga bisa menyebabkan dampak yang signifikan.
Beberapa riwayatnya antara lain adalah peristiwa para wisatawan usia SD yang terkena sengatan ubur-ubur di laut selatan Sukabumi, Jawa Barat, pada 2019 lalu. Tak hanya di pantai, hewan yang menyerupai kantong plastik bening ini juga pernah ‘menyerang’ PLTU Paiton di tahun 2016 dan 2022.
BACA JUGA: Mahasiswi Undip Meninggal saat Lakukan Pendakian ke Gunung Lawu
Kecil dan bisa jadi berbahaya, tetapi tetap jadi bagian ekosistem alam yang perlu ada. Setelah mengenali risikonya, ada baiknya kita melakukan antisipasi saat akan traveling di sekitar pantai atau lautan.