Sebuah semburan gas muncul dari kedalaman 125 m di bawah tanah di Kampung Leuwikotok, Desa Pasirlanja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Kejadian pada Rabu (11/10) pukul 15.30 itu terjadi karena warga mulai putus asa akibat tak ada air.
Kendati pengeboran begitu dalam ke tanah, semburan keluarnya bertekanan cukup tinggi. Kira-kira mencapai 20 meter jauhnya. Ada dugaan bahwa semburan gas ini mengandung metana, sehingga pada hari tersebut, warga yang sebagian besar adalah perantau dan kos di sana, harus dievakuasi sementara.
Pengeboran ini dilakukan oleh warga setempat lantaran tidak adanya air yang muncul. Sebenarnya pengeboran seperti ini membutuhkan perijinan, agar bisa dilakukan sesuai prosedur. Namun yang terjadi di Leuwikotok, yang bersangkutan melakukan pengeboran sendiri sehingga tidak menyadari adanya risiko semburan gas seperti yang terjadi.
Beruntungnya, pada hari Kamis (12/10) semburan tersebut dikabarkan sudah berhenti. Sehingga warga yang memang kos di sana dan sempat kesulitan bila harus mencari pengungsian, akhirnya bisa kembali. Namun BPBD Kab. Bogor tetap memberikan imbauan pada warga agar tidak melakukan pengeboran tersebut kembali. Di samping itu, sebaiknya menjauhi titik lokasi kejadian dan tidak memantik api di sekitar lokasi.
Sementara itu, menanggapi kejadian tersebut, Plt Kepala Badan Geologi M. Wafid dalam keterangannya, Jumat (13/10), menyatakan bahwa peristiwa tersebut termasuk sebagai hal yang umum terjadi. Melansir dari Kompas, gas tersebut berasal dari aktivitas dekomposisi material organik, seperti hewan atau tanaman yang terkubur sangat lama dan berada di bawah sedimentasi tanah.
BACA JUGA: Video Lumpur Lapindo yang Masih Menyembur Kini, Sunyi dan Bikin Merinding
Peristiwa semburan gas ini juga bisa dan cukup banyak terjadi pada beberapa kawasan pengeboran di Indonesia. Biasanya masa semburannya sekitar 1-2 bulan. Kendati demikian, sebaiknya warga tidak berada di lokasi semburan, karena bisa membahayakan kesehatan.