Kendati TikTok Shop ditutup dengan alasan untuk menjaga kesehatan persaingan harga di pasar, tak bisa dimungkiri bahwa cukup banyak seller lokal yang tumbuh besar marketnya di platform tersebut.
Tentu saja hal ini membuat banyak penjual masih bertahan dan berusaha survive dengan caranya masing-masing. Apalagi tak semua seller merupakan tokoh berpengaruh atau memiliki modal yang besar. Akhirnya mereka tetap melakukan live dan promosi dengan metode lain untuk mengarahkan usernya melakukan transaksi.
Ikon ‘shop’ yang biasanya ada di bagian bawah layar telah berganti dengan ikon Friends. Di mana kita bisa melihat konten dari mutual yang difollow. Sedangkan di bagian inbox, kita bisa melihat mutual mana yang sedang melakukan live.
Jika di antaranya adalah toko atau akun penjual, maka kita bisa melihat beberapa masih aktif berjualan seperti biasa. Hanya saja kali ini metode ordernya dengan mengarahkan customer ke hotline atau memberi informasi etalase di platform lain.
Dengan ditutupnya shop, tentu saja penjual harus lebih effort dalam mempromosikan jualannya. Yakni mereka perlu mencatat pembelian secara manual, menunjukkan barang satu per satu karena tidak ada etalase lagi. Di samping itu, tentu ada penurunan jumlah viewers dan transaksi berjalan tidak lebih ngebut dari era keranjang kuning.
Beberapa admin live TikTok terkadang harus menggunakan kode dan bahasa khusus untuk menyebut platform atau istilah transaksi tertentu. Pembeli juga perlu melakukan screenshot manual atau menghafal jenis dan nama produk untuk bisa melakukan order.
Terlihat bahwa kendati penuh keterbatasan, warga TikTok belum menyerah untuk berjualan. Memang tak bisa dihilangkan begitu saja, karena banyak lapak dan lapangan pekerjaan yang terbentuk sejak ada jualan secara live di sana. Di antaranya admin live TikTok yang terkadang tidak hanya satu orang sekali live berlangsung.
BACA JUGA: Polemik ‘Perang Dagang’ Artis Jualan Live dan Penjual Pasar Yang Makin Sepi
Di sisi lain, bagi mereka yang sudah memiliki basis massa cukup banyak di TikTok daripada di platform lain yang telah tersegmentasi sebagai e-commerce. Sedangkan di TikTok dulunya menyatu dengan media sosial di mana peluang masuknya konsumen baru bisa lebih tinggi.