Bangun usaha belum lengkap tanpa kerugian bisnis. Ya, meski tidak ada dalam rencana kita, hal ini pasti akan satu paket kejadiannya dengan kesuksesan yang kita raih.
Ada yang rugi di awal, sukses di akhir. Ada yang rugi setelah sudah mencapai puncak. Pada intinya, bisnis memang penuh risiko dan tantangan. Namun, di situlah seni dalam menjadi entrepreneur, wirausaha atau membangun sebuah UMKM. Kendati sebagian mungkin memilih mundur, faktanya tidak sedikit yang makin tertantang dan berdamai dengan medan tempur perbisnisan.
Kendati jalan membangun bisnis itu terjal, ada banyak pengalaman pakar yang bisa kita jadikan pegangan. Inilah bocoran strategi para pengusaha sukses Indonesia saat menghadapi kerugian bisnis.
Baca Juga : Yakult Lady, Senjata Rahasia Bisnis Yogurt Tetap Jaya
Arsjad Rasjid kedepankan mental dan efisiensi saat hadapi kerugian bisnis
Salah satu tokoh besar bisnis Indonesia yang juga Ketua Kadin, Arsjad Rasjid, menyarankan bahwa mental yang kuat memang adalah hal utama. Ini bukan sekedar ‘pura-pura kuat’, tetapi memperluas sudut pandang bahwa situasi apapun adalah ‘teman’ termasuk masa-masa badai dalam menjalankan usaha. Artinya, kalau siap sukses, siaplah dengan kerugian juga.
Dengan mentalitas yang baik, kita bisa menentukan langkah berikutnya, yaitu efisiensi. Kalau bahasa awamnya adalah ‘pengurangan’. Namun dengan efisiensi, kita tahu pengurangan macam apa yang perlu dilakukan. Tidak sekedar main PHK, mengurangi karyawan dan sejenisnya. Mungkin ada cost lain yang bisa kita tekan, sehingga minimal walau tidak untung, kita juga tidak rugi. Atau, melakukan efisiensi cost terbaik yang kalaupun harus rugi, tetap bisa kita minimalisir.
Dewa Eka Prayoga fokus, berinovasi dan mendekat pada pemilik rezeki
Sosok yang terkenal sebagai motivator bisnis padahal pernah terlilit hutang kerugian 7,7 milyar ini juga punya pendekatan tersendiri dalam mengatasi permasalahannya saat itu. Pertama, ia memilih fokus untuk menyelesaikan masalahnya. Dari sini, ia melakukan hal yang kedua, yakni mau belajar dan berinovasi akan caranya mengatasi masalah tersebut.
Meskipun hal ini membuatnya ‘memaksa diri’ untuk belajar hal-hal yang ia tak pahami sebelumnya. Seperti belajar digital marketing dan membuat buku yang sama sekali bukan bidangnya kala itu. Ternyata justru inilah yang menjadi titik balik karen hal-hal tersebut menjadi pintu keluar dari permasalahan keuangannya.
Tak hanya itu. Bila dipikir lagi, agak tidak masuk akal sebagai orang dengan finansial terbatas bisa mengatasi hutang hampir Rp 8 M dalam waktu beberapa tahun saja. Ternyata salah satu cara lainnya yang menjadi mindset Dewa saat itu adalah mendekatkan diri pada Maha Pemberi Rezeki. Sehingga solusi yang ia kira tidak akan logis baginya dalam menyelesaikan permasalahan keuangannya saat itu, menjadi lunas dan tuntas sekaligus dengan perbaikan nasibnya.
Realistis dan terus berbisnis dari Yasa Singgih
Nggak ingin belajar dari yang sukses-sukses melulu? Nih, ada Yasa Singgih yang sudah tahan banting dalam mengalami kerugian. Terakhir adalah menelan pil pahit dengan penutupan brand kebanggaannya Men’s Republic di tahun 2021. Sebuah brand yang pernah membawa namanya menjadi besar dengan omzet milyaran dan meraih penghargaan sepanjang 2015-2019.
Yasa juga sebelumnya sudah berbisnis dan beberapa kali mengalami kerugian. Di antaranya adalah bisnis kaos kecil-kecilan dan bisnis kafe yang akhirnya tutup. Barulah ia merasakan kejayaan dengan Men’s Republic kebanggaannya yang menjadikan dirinya Forbes 30 Under 30.
Kini setelah ia harus menutup bisnis itu karena ada banyak permasalahan di dalamnya. Pria yang sudah bekerja sejak jaman SMP itu kembali membangun usaha di bidang distribusi dan penjualan.
BACA JUGA: Sempat Susah Beli Beras, Single Mother Berhasil Bisnis Sagon Bakar sampai ke Jerman
Jadi, apa hikmahnya? Kita mungkin akan gagal sekali, dua kali atau bahkan lebih banyak dari yang kita kira, tapi jangan merasa itu sia-sia. Dari kerugian bisnis itu kita bisa belajar pengalaman mahal yang tak ada dalam teori atau pendidikan marketing manapun, sehingga semakin tangguh di medan pertempuran berikutnya.